3. Ketidakstabilan Keuangan Rumah Tangga
BACA JUGA:Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Salah Satu Contoh Proyek Terbaru dari Kerja sama ‘Belt and Road’
BACA JUGA:Oasis Biru di Gurun Tengger: SOFAR Garap Proyek PV Berskala Besar 300 MW di Gansu
Penurunan pendapatan dan nilai aset dapat mengakibatkan ketidakstabilan keuangan di kalangan rumah tangga, meningkatkan tingkat kemiskinan dan kesulitan ekonomi.
4. Krisis Kesejahteraan Sosial
Krisis ekonomi dapat memicu penurunan kesejahteraan sosial, termasuk penurunan akses pendidikan, kesehatan, dan layanan dasar lainnya.
5. Penurunan Investasi
BACA JUGA:Cerita Warga Dua Desa di Ogan Ilir Resah Penyalahgunaan Narkoba Merajalela, Kemana Harus Mengadu?
BACA JUGA:10 Ucapan Gus Dur Ini Terbukti Benar dan Jadi Kenyataan, Lantas Siapa Presiden Indonesia 2024 nanti?
Krisis ekonomi dapat mengakibatkan penurunan investasi dari dalam dan luar negeri. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan memperlambat pemulihan ekonomi.
Melihat dampak yang terjadi, krisis ekonomi memang menjadi momok yang sangat menakutkan bagi suatu negara.
Meskipun pemerintah sudah mempersiapkan banyak strategi untuk mencegahnya, belum tentu krisis ekonomi tidak akan terjadi lagi.
Kita harus selalu waspada akan berlakunya peristiwa satu ini, terutama di masa-masa tidak menentu seperti sekarang.
BACA JUGA:Fix! Ini Deretan Nama-Nama Artis Papan Atas Akan Meriahkan HUT Ogan Ilir ke 20
Nah, supaya kita tidak terkena dampak buruknya, terdapat beberapa hal yang harus kita lakukan untuk menyikapi krisis ekonomi seperti, mempersiapkan uang, mengurangi biaya pengeluaran.
Kemudian anda dapat pula mengurangi utang, investasi aset, memiliki pendapatan tambahan, periksa cakupan asuransi dan mempersiapkan stok bahan pangan.
Pemerintah dan otoritas ekonomi berperan penting dalam mengatasi krisis ekonomi dengan mengimplementasikan kebijakan yang tepat.
Kebijakan yang tepat ini antara lain stimulus ekonomi, reformasi struktural, dan pengawasan yang ketat terhadap sektor keuangan.