Kenapa Kita Perlu Pertanyakan Segala Sesuatu di Era Digital? 2 Mahasiswi UIN Raden Fatah ini Punya Jawabannya

Reporter: Kgs Yahya |

Editor: M Iqbal |

Kamis , 28 Nov 2024 - 17:15

Berpikir Ilmiah: Kenapa Kita Perlu Mempertanyakan Segala Sesuatu di Era Digital Ini?--

PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Artikel berjudul "Berpikir Ilmiah: Kenapa Kita Perlu Mempertanyakan Segala Sesuatu di Era Digital Ini?" ini ditulis oleh Hawa Maisya Abidah dan Nazayla Putri, mahasiswi Prodi Jurnalistik, UIN Raden Fatah Palembang.

Di era digital sekarang, kita tentunya selalu dihujani informasi dari berbagai sumber.

Berita, artikel, atau bahkan video-video yang kebenarannya belum terbukti selalu berseliweran di depan mata.

Kita seperti diancam oleh sesuatu yang tak kasat mata.

Sesuatu yang awalnya mungkin tak begitu terasa, tapi bisa berakibat fatal bahkan mematikan.

Di sinilah berpikir ilmiah hadir sebagai penyelamat, bukan hanya untuk para ilmuan yang berjasa di bidang sains, tapi juga untuk kita semua terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mengutip pendapat Carl Sagan, Berpikir Ilmiah adalah cara berpikir yang membantu kita dalam memahami dunia dengan lebih baik menggunakan logika, bukti, dan penalaran yang rasional.

Bayangkan ketika kita menemukan sebuah cuitan di media sosial yang mengklaim bahwa “sperma dapat menghilangkan jerawat dan memperhalus kulit wajah”, lalu kehebohan pun terjadi dimana-mana.

Ada yang percaya ada juga yang tidak.

Nah, dengan berpikir ilmiah, kita pasti akan bertanya-tanya, “Apa iya sprema punya manfaat sedemikian rupa? Apa hal ini ada sumbernya? Kalau iya, apa sumbernya kredibel dan dapat dipercaya? Apa ada konspirasi atau maksud tersembunyi dari pernyataan itu?”

kenapa kita perlu pertanyakan segala sesuatu di era digital? 2 mahasiswi uin raden fatah ini punya jawabannya                             palembang, koranpalpres.com - artikel berjudul "berpikir ilmiah: kenapa kita perlu mempertanyakan segala sesuatu di era digital ini?" ini ditulis oleh hawa maisya abidah dan nazayla putri, mahasiswi prodi jurnalistik, uin raden fatah palembang.
di era digital sekarang, kita tentunya selalu dihujani informasi dari berbagai sumber.
berita, artikel, atau bahkan video-video yang kebenarannya belum terbukti selalu berseliweran di depan mata.
kita seperti diancam oleh sesuatu yang tak kasat mata.
baca juga:5 aplikasi penghasil uang termanjur di 2024, dapat cuan lebih mudah di era digital!
baca juga:di depan mahasiswa fahum uin raden fatah, dosen ilmu budaya ugm sentil kebebasan berpendapat di era digital
sesuatu yang awalnya mungkin tak begitu terasa, tapi bisa berakibat fatal bahkan mematikan.
di sinilah berpikir ilmiah hadir sebagai penyelamat, bukan hanya untuk para ilmuan yang berjasa di bidang sains, tapi juga untuk kita semua terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
mengutip pendapat carl sagan, berpikir ilmiah adalah cara berpikir yang membantu kita dalam memahami dunia dengan lebih baik menggunakan logika, bukti, dan penalaran yang rasional. 
bayangkan ketika kita menemukan sebuah cuitan di media sosial yang mengklaim bahwa “sperma dapat menghilangkan jerawat dan memperhalus kulit wajah”, lalu kehebohan pun terjadi dimana-mana.
baca juga:8 ide bisnis menjanjikan di tengah era digital, tak ribet, untung mantap!
baca juga:mahasiswa universitas andalas percaya betapa penting pendidikan politik di era digital, ini penjelasannya!
ada yang percaya ada juga yang tidak.
nah, dengan berpikir ilmiah, kita pasti akan bertanya-tanya, “apa iya sprema punya manfaat sedemikian rupa? apa hal ini ada sumbernya? kalau iya, apa sumbernya kredibel dan dapat dipercaya? apa ada konspirasi atau maksud tersembunyi dari pernyataan itu?”
kemudian, kita akan mencari bukti untuk menjawab setiap pertanyaan yang timbul.
“apa ada penelitian yang bisa membuktikan kalau sperma dapat menghilangkan jerawat dan memperhalus kulit wajah? apa ada data dan fakta yang dapat kita uji kebenarannya?”
baca juga:keterampilan abad 21: mempersiapkan generasi masa depan dalam era digital pada peserta didik
baca juga:hasilkan cuan di era digital! instal aplikasi penghasil saldo dana gratis ini, pasti dompet makin tebal
terakhir, kita akan mengevaluasi argumen yang diajukan.
“apa argumen itu logis dan tidak ada kesalahan penalaran? apa argumen tersebut hanya omong kosong belaka tanpa bisa dibuktian? apa ada bias dan kesalahan dalam penyusunan argumen?”
jika kita menemukan bahwa sumber informasi tidaklah kredibel, tidak ada bukti ilmiah yang kuat, lalu argumen terdengar tidak masuk akal, maka kita bisa mempertanyakan kredibilitas pernyataan tersebut.
karena pada faktanya, belum ada satu pun studi penelitian yang dengan pasti dapat mendukung pernyataan bahwa sperma dapat menghilangkan jerawat dan memperhalus kulit wajah. 
baca juga:sekolah kebangsaan fisip unsri dan mafindo, siap tangkal hoaks di era digital
baca juga:sukses di era digital! museum negeri sumatera selatan bikin aksi perubahan besar-besaran
sayangnya, rumor ini tetap saja beredar luas hingga dipercaya oleh banyak orang awam.
tidak sedikit yang terjebak dengan berita hoax serupa bahkan tanpa pikir panjang menyebarkannya kepada khalayak ramai.
mereka tidak berpegang pada pentingnya prinsip berpikir kritis dan ilmiah.
pada akhirnya, mereka akan mudah terpengaruh oleh informasi palsu yang tidak hanya dapat membahayakan diri sendiri, tetapi juga orang lain di sekitarnya.
baca juga:gak bakal menyesal, 8 jurusan kuliah yang tetap relevan di era digital
baca juga:5 skill terbaik di era digital, cuan melimpah dari mbah google
oleh karena itu, penting bagi kita untuk menanamkan dan mengembangkan prinsip berpikir ilmiah di dalam diri.
tidak ada salahnya untuk mempertanyakan segala sesuatu yang kita temukan di era digital saat ini. ingatlah selalu peribahasa malu bertanya sesat di jalan.
jangan sampai hanya karena malas dan malu, informasi yang seharusnya menjadi tonggak pengetahuan malah berbalik menjadi ancaman kita semua.
jadilah warga negara yang cerdas dan bertanggung jawab.
baca juga:7 ide bisnis tanpa modal di era digital, salah satunya hanya butuh handphone dan internet!
baca juga:realitas kesantunan berbahasa gen z minangkabau di era digital, bikin mahasiswa unand lakukan hal ini
karena semua dimulai dari kita, dan akan kembali kepada kita.