Bukan Sekadar Keluhan Emosional Sesaat! Mahasiswa Universitas Andalas Sebut Overthinking Musuh Dalam Selimut

Artikel opini berjudul Overthinking : Musuh Dalam Selimut Anak Muda Zaman Sekarang ditulis oleh Reyhan Jordy Prasetya, Departemen Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.--freepik
Artikel opini berjudul Overthinking : Musuh Dalam Selimut Anak Muda Zaman Sekarang ditulis oleh Reyhan Jordy Prasetya, Departemen Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.
KORANPALPRES.COM - Di zaman derasnya arus informasi, tekanan sosial, dan juga ekspetasi akademik maupun personal, semakin banyak anak muda yang terjebak dalam lingkaran overthinking.
Overthinking yaitu merujuk pada proses berpikir berulang dan mendalam terhadap suatu peristiwa tanpa menghasilkan solusi yang adaptif (Nolen-Hoeksema, 2000).
Yang awalnya hanya terdengar seperti candaan atau meme di media sosial, kini telah menjadi kenyataan mental yang dialami banyak orang, terutama generasi muda.
Ironisnya, budaya ini justru sering dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, bahkan juga dianggap normal sebagai bagian dari “proses dewasa“.
Padahal, overthinking bukan hanya sekadar keluhan emosional sesaat.
Ia sering kali menjadi gejala awal gangguan kecemasan, stres, hingga depresi.
Sayangnya, karena sifatnya yang tidak kasatmata, tantangan mental ini jarang mendapat perhatian serius, baik dari lingkungan keluarga, maupun masyarakat luas.
BACA JUGA:Mahasiswa Universitas Andalas Kecam Tingginya UKT Kuliah Bebani Mahasiswa, ini Dampak Buruknya!
Ironisnya, di tengah kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, masih banyak lingkungan termasuk keluarga dan institusi pendidikan yang kurang dalam memberi ruang aman bagi anak muda untuk bercerita dan didengar.
Dan ketika seseorang itu mencoba menceritakan perasaannya, respons yang muncul sering kali berupa penghakiman.