https://palpres.bacakoran.co/

Peneliti Muda Kupas Sejarah Kesultanan Palembang dari Naskah Kuno, SMB IV Beber Fakta Mengejutkan

Leni Mastuti (paling kanan) menghadiahkan buku tulisannya yang barusaja dilaunching kepada SMB IV Jayo Wikramo RM Fauwaz Diradja dan keluarga besar Kesultanan Palembang Darussalam.--dokumentasi

PALEMBANG, KORANPALPRES.COM – Penulis sekaligus peneliti muda, Leni Mastuti MHum melaunching buku berjudul “Warisan Budaya Palembang: Sejarah Kesultanan Palembang dalam Naskah Kuno".

Launching buku yang dilanjutkan Workshop berlangsung di aula Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam, Jalan Sultan Muhammad Mansyur, Nomor 776, Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat II, Kota Palembang, Ahad 16 November 2025.

Dalam launching dan workshop, selain penulis Leni Mastuti, turut hadir 2 narasumber yakni Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jayo Wikramo RM Fauwaz Diradja.

Dan sejarawan yang juga dosen UIN Raden Fatah Palembang, Dr Kemas Abdur Rahman Panji SPd Msi.

BACA JUGA:Ditemui Langsung di Istana, SMB IV Penuhi Permintaan Goegoek Kesultanan Palembang Wilayah Kepahiang Bengkulu

BACA JUGA:Ini 17 Usulan dari Sumatera Selatan Masuk sebagai Warisan Budaya Indonesia Tahun 2025, Ada Bekasem!

Kemudian pemandu acara oleh moderator Aulia Desita SPd MHum.

Dalam paparannya, SMB IV Jayo Wikramo RM Fauwaz Diradja membeberkan sejumlah fakta mengejutkan semua peserta, tamu dan undangan yang hadir.

Blak-blakan ia menyampaikan bahwa Indonesia, termasuk Palembang, saat ini tengah menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan identitas nasional. 

Tidak sedikit narasi sejarah yang beredar di tanah air berasal dari sudut pandang kolonial, sehingga tidak sepenuhnya menggambarkan realitas budaya dan peradaban bangsa Indonesia.

BACA JUGA:Buku 'Warisan Budaya Palembang' Resmi Diluncurkan: Menghidupkan Kembali Jejak Kesultanan Lewat Naskah Kuno

BACA JUGA:Resmi Pimpin PZMMPD Periode 2024–2029, Masagus Syaiful Padli Uraikan Visi Besar Organisasi Jaga Warisan Budaya

Diakui atau tidak sambungnya, bahwa 70-80 persen catatan sejarah yang berkembang di tengah kita masih bersumber dari tulisan kolonial. 

“Oleh karena itu, kita perlu mengembalikan identitas nasional dengan meluruskan narasi sejarah berdasarkan sudut pandang kita sendiri,” tegasnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan