Karya Sastra SMB II Lebih Diapresiasi di Negara Jiron, Sejarawan dan Budayawan Prihatin Minimnya Kajian Lokal
Sejarawan Kemas AR Panji (duduk, pakai tanjak) dan budayawan Vebri Al-Lintani (duduk, pakai tanjak) bersama para peserta Diskusi Sastra untuk Komunitas yang merupakan rangkaian Museum Keliling ini digelar Dinas Kebudayaan Kota Palembang, Kamis sore, 20 No--dokumentasi
Hanya saja yang tak kalah menarik sambungnya, di era ini juga melahirkan karya naratif antara lain hikayat dan syair yang penuh dengan tema perlawanan kolonial, moralitas, serta intrik istana.
Lebih lanjut, Anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Palembang ini membeberkan salah satu ciri khas kesusastraan masa pemerintahan SMB II yakni keragaman media penulisan.
BACA JUGA:Sukses Padati Museum SMB II, ini Daftar Pemenang Lomba Lukis Dan Mewarnai 2 Pahlawan Nasional Sumsel
BACA JUGA:3 Cagar Budaya Maluku Utara Resmi Naik Kelas ke Peringkat Nasional, Nomor 2 Makam SMB II di Ternate
Ia menyebutkan, naskah-naskah ditulis di atas kertas Eropa yang halus, kertas daluang tradisional dari kulit kayu, atau bilah bambu gelumpai yang unik.
Secara fisik, naskah ini sering menggunakan tinta hitam-merah, ilustrasi minimalis, dan struktur syair empat baris yang rapi.
“Tidak sedikit dari naskah kuno ini masih tersimpan di Museum Nasional Indonesia, koleksi Leiden di Belanda, serta arsip lokal, menjadi bukti warisan budaya yang tak ternilai,” cetus Panji.
Ia juga menyoroti beberapa karya penting SMB II yang menjadi sorotan sepanjang masa.
Misalnya, "Syair Perang Menteng" yang menceritakan Perang Palembang 1819.
Syair anonim ini menurut Panji, menggambarkan pertempuran sengit antara pasukan Belanda di bawah komando Herman Warner Muntinghe melawan laskar Kesultanan Palembang Darussalam.
Dengan bahasa penuh emosi, syair ini mengecam kolonialisme dan memuji heroisme SMB II sebagai simbol perlawanan masa tersebut.
Lalu yang tak kalah menarik perhatian pecinta sastra, "Syair Burung Nuri" dikarang oleh SMB II sendiri dengan alih aksara oleh Jumsari Jusuf pada 1978.
BACA JUGA:Dari Tanah Pengasingan Menuju Tanah Kelahiran: Gagasan Relokasi Makam SMB II