Di antara ukiran Asmat yang terkenal adalah Tiang Bisj atau Bis yang berukuran lebih dari 3 meter yang terdiri dari figur-figur yang disusun bertingkat dan bagian paling atasnya diberi hiasan seperti sayap.
Figur itu menjadi lambang arwah leluhur yang terbunuh oleh musuh.
Rumah adat kelompok suku di Papua Selatan adalah rumah Jew Suku Asmat dan rumah tinggi Suku Korowai.
BACA JUGA: Tradisi Hajatan di Masyarakat Besemah, Datang Bawa Ayam Pramuka Pulang Bawa Ibatan
Suku Korowai membangun rumah di atas pohon sekitar 4,5 meter dari tanah untuk menghadapi geografi wilayah mereka yang diapit sungai besar sehingga sering mengalami kebanjiran.
Bangunan ini adalah pohon dengan batang dan akar yang kuat kemudian di bagian pinggir diberi tiang penyangga tambahan.
Atap bangunan dibuat dari rangka kayu yang ditutupi daun sagu. Lantainya terbuat dari rangka kayu yang ditutupi kulit kayu atau nibung dengan rotan digunakan sebagai tali sambungan antar kayu.
Berikut suku-suku lain yang mendiami Papua Selatan.
BACA JUGA:Modernitas dalam Tradisi: Menyoroti Perayaan Pernikahan Batak Toba Tanpa Adat di Era Kontemporer
Suku Mandobo
Suku Mandobo yang kerap juga menyebut dirinya dengan Mandub Wambon ini berada di kawasan Kabupaten Merauke tepatnya di sekitar Kecamatan Mandobo yang banyak dialiri sungai.
Suku Mombum
Suku Mombum yang juga bermukim di kawasan Kabupaten Merauke dan terkonsentrasi di satu kawasan di sebuah pulau bernama Komoran, di sebelah selatan Pulau Yos Sudarso.
BACA JUGA:Cara Membuat Nasi Krawu Makanan Tradisional Khas Gresik, Lengkap 2 Jenis Serundeng
Mereka punya bahasa sendiri yang dikenal dengan bahasa Mombum dengan jumlah penutur pada 1987 berjumlah lebih kurang 4.000 orang.
Papua Selatan memiliki berbagai macam suku asli lainya dengan berbagai bahasa yang berbeda, antara lain suku Marind, Wambon, Awyu, Muyu, Korowai, Kombai, Asmat, Sawi, Yei, Yaghai, Marori, Kanum, Kimaam, dan lain-lain.*