Kepercayaan spiritual masyarakat Biak, menanggap perempuan sebagai penjaga dunia bawah tanah, yang memiliki kekuatan magis.
Ada penelitian yang mengungkapkan perempuan, terutama yang dianggap penyihir (“Mon”), menjadi target selama penyerangan, menciptakan dinamika yang tragis.
Suku Biak berasal dari Kepulauan Biak di Teluk Cenderawasih, tepat di lepas pantai utara Pulau Papua.
Ada beberapa sub-suku Biak, seperti Aimando, Betew, Kafdaron, Karon, dan Usba. Juga ada subsuku Wardo dan lainnya yang mayoritas telah bermigrasi dan menetap di Kepulauan Raja Ampat sejak abad ke-15.
BACA JUGA:Penuh Misteri ! Legenda Mandau Suku Dayak yang Bikin Penjajah Kalang Kabut
Sedangkan Suku Sentani mendiami wilayah Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, terutama di sekitar danau Sentani dan sebagian Kota Jayapura dengan jumlah populasinya sekitar 30.000 jiwa
Mereka terpusat di tiga wilayah geografis yaitu pertama, kelompok barat yang terkonsentrasi di Pulau Yonokom tepatnya di beberapa kampung seperti Doyo, Sosiri, Yakonde, dan Dondai.
Di daratan sebelah barat pulau ini berdiam suku Moy di kampung-kampung, seperti Sabron Yaru, Dosai, Waibon, dan Maribu yang memiliki dialek sendiri.
Yang kedua, kelompok timur yang terkonsentrasi di Pulau Asei tersebar dalam empat kampung, yaitu Ayapo, Asei Kecil, Waena, dan Yoka.
BACA JUGA:Unik dan Menyehatkan, Ini Makanan Legendaris Khas Suku Asmat
Yang ketiga, kelompok tengah yang terkonsentrasi di Pulau Ifar di Kampung-kanpung Kabetrow, Ifar Besar, Ifar Kecil, dan Yoboi
Bahasa Suku Sentani ini termasuk Rumpun bahasa Trans-Nugini dan bukanlah Austronesia.
Akan tetapi, beberapa budaya di wilayah Sentani merupakan budaya Austronesia.
Selain kedua suku itu, suku-suku lain yang mendiami provinsi Papua, antara lain yakni suku Enggros, Nafri, Serui, Tobati, Waropen, Kurudu, Ambai, dan suku lainnya.
Tradisi dan budaya