Fenomena yang sering disebut sebagai “globalisasi budaya” ini mendorong kita untuk merayakan perbedaan-perbedaan sekaligus mengakui persamaan-persamaan yang mempersatukan umat manusia.
BACA JUGA:XL Axiata Hadirkan 59 BTS 4G di Jalan Tol Trans Sumatera Palembang- Lampung, Demi Sinyal yang Aman
BACA JUGA:Dirut PLN Tinjau SPKLU di Rest Area 626B Pakai Mobil Listrik
Namun globalisasi budaya melalui media juga mempunyai tantangan.
Dominasi budaya populer Barat khususnya seringkali menenggelamkan budaya lokal dan mengancam keberlangsungan bahasa dan tradisi.
Masalah lainnya adalah stereotip, di mana media sering menampilkan gambaran budaya tertentu yang terlalu disederhanakan atau keliru, sehingga dapat mempengaruhi persepsi dan interaksi antar suatu kelompok sosial.
Dalam hal ini sebagai mahasiswa, kita diharapkan menjadi kritikus yang aktif, bukan sekedar konsumen media yang pasif.
BACA JUGA:Peran Media dan Humas dalam Melestarikan Budaya
Hal ini berarti mengembangkan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi konten media secara kritis, membedakan antara representasi otentik dan stereotip, serta memahami kompleksitas mendasar dari setiap budaya.
Keterampilan ini akan memungkinkan Anda mendukung pekerjaan yang menghormati dan merayakan keragaman budaya dengan cara yang adil dan akurat.
Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa hubungan antara budaya dan media dapat menjadi sumber pencerahan dan pemahaman, selama kita terus berupaya untuk mengkritik dan memahami kompleksitas yang ada.
Sebagai pelajar, kita berada dalam posisi unik untuk memimpin perubahan ini dan menggunakan pendidikan sebagai alat untuk membangun dunia yang lebih inklusif dan berempati.
BACA JUGA:Pj Wako Pimpin Upacara Gabungan Pertama, Apresiasi PNS yang Tetap Memberikan Pengabdian Terbaik
BACA JUGA:Dengan Sigap Polisi Bantu Dorong Mobil Terperosok di Tanjakan Dekat Jurang
Melalui tulisan, diskusi, dan kreasi media, kita dapat menjadi jembatan yang menghubungkan budaya, memperkuat keberagaman, serta dapat memperkaya peradaban manusia.