Pernikahan sang sultan itu diikuti para bangsawan kesultanan lain sehingga menyebar ke masyarakat biasa.
Perkawinan berbeda suku dan ras tersebut membuat fisik anak keturunannya mirip etnis Tionghoa.
Pernikahan sang sultan itu diikuti para bangsawan kesultanan lain sehingga menyebar ke masyarakat biasa.
Perkawinan berbeda suku dan ras tersebut membuat fisik anak keturunannya mirip etnis Tionghoa.
Hal ini juga dibuktikan dengan cerita rakyat yang ada mengenai Panglima Perang Chengho. Perkawinan antara warga pribumi dan Tionghoa itu sudah ada sejak kedatangan Panglima Perang Chengho yang diutus penguasa China datang ke Palembang pada tahun 1407.
Lamanya berada di Palembang membuat prajurit Chengho menikah dengan wanita-wanita pribumi.
Tujuannya juga untuk menyebarkan agama Islam di Bumi Sriwijaya.
Sebagai buktinya, banyak sekali bisa kita temuakan beberapa peninggalan etnis tionghoa di Palembang.
Sejak saat itu sampai sekarang, keberagaman ras yang ada tersebut antara etinis tionghoa dengan masyarakat asli tetap berjalan beriringan dan seirama.
Terbukti dengan sedikit sekali ditemui konflik di Palembang menyangkut Ras.
Bagi warga Palembang, siapa pun dengan agama apa pun boleh datang, selagi tidak mengganggu agama dan budaya yang diyakini masyarakat setempat.