BACA JUGA:HUT ke-49 Semen Baturaja, Tantangan dan Transformasi Menuju Masa Depan
Bantuan MEPG
Berkat kerja keras dan kolaborasi bersama tim pendamping dari MEPG, Kelompok Usaha yang dirintis Sahri dan Sukaesih terus menunjukkan kemajuan.
Pada 2015, mereka berhasil membangun fasilitas produksi keripik terpisah dari rumah tinggal.
Berkat bimbingan MEPG dan upaya keras mereka, rumah produksi yang awalnya berdinding kayu dan beralas tanah, berubah jadi berdinding bata dan lantai keramik.
BACA JUGA:CHiQ Resmi Menjalankan Strategi
Seiring melonjaknya produksi, di halaman rumah Sahri dan Sukaesih terparkir mobil pick-up pengangkut bahan baku dan distribusi hasil produksi.
Untuk memastikan bahan baku berkualitas, mereka juga menanam sendiri singkong di lahan seluas lima hektare miliknya. Kebun itu kini menjadi sentra bahan baku keripik Anggun.
Perkembangan Kelompok Usaha Anggun menjadi berkah bagi warga sekitar.
Sebanyak 12 warga terdiri atas 10 ibu rumah tangga yang awalnya tak memiliki keterampilan dan pendapatan tetap bisa terlibat di pabrik keripik singkong ini.
BACA JUGA:Dorong Ide Kreatif, Sahabat FINATRA Kembangkan UMKM Agar Naik Kelas
Pada 2022, produksi Kelompok Usaha Anggun terus meroket, hingga memproduksi 400 kg bahan baku singkong mentega atau sekitar 150 kg keripik singkong siap jual setiap hari.
“Dari hasil produksi keripik singkong, rata-rata pendapatan anggota kelompok ini berkisar antara Rp 1,6 juta hingga Rp 2 juta per orang setiap bulan,” ungkap Sudewo.
Selain meningkatkan produksi dan aset, kelompok ini juga telah meraih berbagai penghargaan.
Pada 2017, Anggun dianugerahi penghargaan UMKM Terbaik Kesatu oleh Bupati Musi Banyuasin dan diakui sebagai produk unggulan di kabupaten tersebut.