“Kami membina sekitar 500 entrepreneur baru. Kami inkubasi dan hubungkan ke pembiayaan. Karena ini masih early stage. Kami juga bekerja sama dengan kampus," jelasanya.
Menteri Teten menambahkan, pengalaman negara lain seperti Jepang, Korea, dan Belanda termasuk Australia itu ekosistem entrepreur dicetak dengan produk ekonomi baru menghubungkan antara riset inkubator di kampus dengan program entrepreneur-nya.
BACA JUGA: Peringkat 11 Pengumpan Terbaik dalam Sejarah Sepak Bola
Selanjutnya, penguatan skala usaha mikro melalui korporatisasi berbasis koperasi.
Menteri Teten mengambil contoh, saat ini petani sawit mandiri yang diperkirakan memiliki 6,4 juta hekatre (ha) yang tadinya hanya menjual tandan buah segar (TBS) ke industri diperbolehkan membuat pabrik minyak makan merah.
“Lalu juga Solusi Nelayan untuk penyaluran BBM. Kami juga melakukan korporatisasi untuk petani kecil. Jadi dikonsolidasikan petani untuk menjadi pemasok industri,” ujar Menteri Teten.
Pihaknya juga melakukan penguatan inovasi dan teknologi melalui Rumah Produksi Bersama (RPB) yang dikelola oleh koperasi.
BACA JUGA:Operasi Sikat Musi II! Tim Rimau Batu Polsek Tanjung Batu Tangkap Pelaku Pencurian Ini
BACA JUGA:Dalam 1 Bulan, Pemkab Ogan Ilir Raih 2 Penghargaan Nasional, Ini yang di Raih
Beberapa pilot project yang sudah dilakukan di antaranya adalah RPB Bambu di Labuan Bajo, RPB Cabai di Sumatra Utara, RPB Cokelat di Bali, dan RPB Kulit di Garut.
“Kami juga sedang meningkatkan kualitas dan daya saing produk usaha mikro melalui Rumah Kemasan, serta inovasi pembiayaan melalui KUR Kluster, Credit Scoring, pembiayaan sektor rill melalui LPDB Koperasi,” tambahnya.
Terakhir, pihaknya berharap BPKP dapat ikut menyukseskan langkah keberlanjutan Program Piloting 2019-2024 menuju 2045.
"Diharapkan juga ikut melakukan integrasi inisiatif RPB sebagai cikal bakal industri skala menengah dengan sektor hulu di Kementerian/Lembaga lain (ketersediaan bahan baku)," pungkasnya.