Dalam tarian ini, tiga orang gadis desa menyiapkan keranjang anyaman (kambu/keruntung) dan alat penumbuk (mortir dan alu/antan) sebelum memilih daun singkong dan menghancurkannya hingga masakan siap. Tahok tutok adalah nama masakannya.
5. Tradisi Lisan Pabisan Masyarakat Suku Rambang
Setiap prosesi pernikahan Suku Rambang di Kota Prabumulih biasanya dikaitkan dengan tradisi lisan, demikian laman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
BACA JUGA:Tak Lekang Oleh Waktu, 6 Wisata Kuliner Palembang Wajib di Kunjungi
BACA JUGA:6 Destinasi Wisata di Kabupaten OKI, Pancaran Keindahan Alam Eksotis di Bumi Bende Seguguk
Tradisi ini bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada pasangan yang baru menikah atau kepada hubungan yang baru terjalin antara dua keluarga besar.
"In-san" atau "pabizanan" menggambarkan dua keluarga yang anak-anaknya telah menikah. Pernyataan ini umumnya berlaku untuk semua kelompok etnis.
Namun demikian, ada tahapan berbeda dalam mengikuti adat pernikahan.
Di Kota Prabumulih, masyarakat suku Rambang melakukan ritual adat perkawinan yang meliputi tahapan sebagai berikut:
BACA JUGA:Mengenal Warisan Budaya Lahat, Siswa Diktukbasus TNI AD Kunjungi Kawasan Benteng Berwidya Wisata
(1) Masa pacaran atau perkenalan, atau bekerimbangan. (2) betandang: untuk membangun hubungan dan menjaga keseimbangan anak, orang tua laki-laki pergi ke orang tua perempuan
(3) Kebajikan: orang tua laki-laki mengunjungi orang tua perempuan untuk menyatakan niatnya mengajaknya kencan. (4) menyarankan, khususnya proses pembuatan ikatan.
Selanjutnya (5) akad nikah yang mengatur bahwa memperoleh izin merupakan syarat perkawinan.
Pada bagian enam (babesan) diperkenalkan dua keluarga besar, masing-masing anggota disebut namanya berdasarkan kedudukan atau hubungan dalam keluarga.
BACA JUGA:Indonesia Gunakan Teknologi AI Tingkatkan Daya Saing Pariwisata Global