Bukan Sekedar Penutup Kepala! Fakta dan Filosofi Tanjak, Sudah Eksis Sejak Masa Kesultanan Palembang

Kamis 26 Sep 2024 - 16:20 WIB
Reporter : Juli Aulia
Editor : Juli Aulia

KORANPALPRES.COM – Bagi masyarakat Sumatera Selatan (Sumsel), tentu tidak asing lagi dengan yang namanya Tanjak, hiasan kepala yang biasa dipakai dalam acara-acara penting. 

Saat ini, penggunaan Tanjak terus dikampanyekan untuk menjadikan Tanjak sebagai salah satu simbol dari Bumi Sriwijaya.

Seperti penggunaan blangkon bagi masyarakat Jawa, maka tanjak menjadi sebuah penutup kepala bagi masyarakat Kota Palembang.

Tanjak ini digunakan sebagai penutup kepala adat Melayu dengan memiliki bentuk yang runcing ke atas dan biasanya digunakan oleh para lelaki.

BACA JUGA:Rasa Tradisional yang Menggoda: Ciptakan Pindang Tuna Khas Palembang dengan Kuah Segar dan Gurih, Ini Resepnya

BACA JUGA:Rekomendasi Oleh-Oleh Khas Palembang Selain Pempek, Semuanya Enak Dan Cocok Untuk Dibawa Pulang!

Dahulu, penggunaan dari tanjak sendiri ialah menunjukkan martabat seseorang dan akan mencerminkan status sosial ataupun identitas dari budaya.

Selain itu, tanjak Melayu ini pun juga sering disebut sebagai mahkota kain.

Ikat-ikat ataupun tengkolok yang seringkali dipakai oleh para bagsawan dan tokoh masyarakat pada zaman dulu.

Konon, pengunaan dari tanjak sendiri telah ada sejak masa Kesultanan Palembang saat masih berkuasa dan dipakai oleh pembesar, priyai, bangsawan dan tokoh masyarakat.

BACA JUGA:5 Fakta Sejarah Pempek, Kuliner Khas Palembang yang Enak Banget!

BACA JUGA:6 Pusat Oleh-Oleh Khas Palembang Terlengkap, Harga Super Murah, Dijamin Ga Bikin Kantong Kering

Bukti dari penggunaan tanjak itu sendiri bisa kamu lihat dari beberapa lukisan Perang di Palembang pada tahun 1819-1821, peristiwa 4 Syawal atau pengasingan SMB II pada Juli 1821.

Perang Jati di tahun 1840-an, perang Mutir Alam di tahun 1860 hingga beberapa sketsa dan lukisan yang lain.

Namun, pada tahun 1823, pihak Belanda menghapus tanjak dari Kesultanan Palembang Darussalam.

Kategori :