"Tidak terinfeksi penyakit, perlu disimak pada bagian okulasi apabila ditoreh berwarna hijau, kalaupun terdapat bibit yang memiliki akar tunggang lebih dari satu, sebaiknya pilih salah satu," cetusnya.
Selanjutnya terkait budidaya kelapa sawit, Vivi menerangkan, kelapa sawit atau dengan nama latinnya Elaeis Guineensis, penghasil minyak makanan, industri maupun bahan bakar nabati (biodiesel).
Yang mana, pada tahun 2009 menempatkan Indonesia pada posisi pertama produsen sawit dunia.
Pembibitan benih kelapa sawit di bagi menjadi dua tahap, awal atau pre Nursery dan utama atau Main Nursery.
BACA JUGA:Ternyata Ini Sebabnya, Masyarakat Kecamatan Kota Lahat Lebih Memilih Menanam Karet dan Kelapa Sawit
Selain itu, memelihara leguminosa (kacang-kacangan) sebagai bahan tanaman penutup berguna sebagai sumber nutrisi untuk tanah, melindungi dari erosi, memperbaiki kondisi fisik tanah dan membantu mengontrol gulma.
Kemudian untuk pemupukannya sendiri, sambung Vivi, menggunakan pupuk anorganik terdaftar pada departemen pertanian (Deptan) serta organik.
"Untuk penggunaannya sendiri harus tepat waktu, mutu, waktu, dosis, aplikasi, sesuai keperluan lahan dan tidak menyebabkan pencemaran air baku," ulasnya.
Musim panen, jelas Vivi, biasanya muncul saat usia perkebunan 30 bulan.
BACA JUGA:Sesuai Karakteristik Daerahnya, 90 Persen Warga Kikim Timur Lahat Bercocok Tanam Kelapa Sawit
Suatu area dianggap siap panen apabila 60 persen dari rata-rata tandan buah segar (TBS) memiliki 3 kilogram (Kg) untuk pohon kelapa sawit.
Untuk tanaman dewasa dengan usia di bawah atau berada di usia 8 tahun, maka petani dapat menggunakan dodos untuk memanen buah.
“Jika umur lebih dari 8 tahun petani bisa menggunakan egrek," paparnya.
Ia menerangkan, ketika memotong TBS, petani harus mencari dan menentukan TBS matang.
BACA JUGA:95 Persen Penduduk Mulak Ulu Lahat Pekebun Kopi, Sisanya Bercocok Tanam Budidaya Ini
Potong pelepah yang menganggu TBS yang berada di dasar.