Pertama, gong Sasando Pulau Rote, yaitu sasando asli dengan 12 senar yang terbuat dari senar nilon sehingga menghasilkan suara yang merdu, lembut dan merdu saat dipetik. Sasando jenis ini sering dimainkan dengan iringan lagu daerah tradisional Rote.
Kedua, Biola jenis Sasando. Sasando biola konon mulai berkembang di Kupang pada akhir abad ke-18. Alat musik gesek ini merupakan variasi dari ahli sasando Edu Pah.
Berbeda dengan sasando gong, sasando biola berukuran lebih besar dan memiliki 48 senar.
Karena bentuknya yang menyerupai biola, sasando jenis ini mampu menghasilkan suara yang lembut dan merdu layaknya biola.
BACA JUGA:8 Wisata Bahari Lamongan, No 6 Ada Pantai Brondong Loh
Biasanya sasando biola dimainkan dengan diiringi lagu tari tradisional NTT. Selain perkembangan teknologi, ada juga sayap elektronik.
Arnoldus Edon pertama kali menciptakan alat musik ini pada tahun 1960-an. Hal ini karena sasando tradisional hanya dapat didengar dari jarak dekat, sehingga ditambahkan perangkat elektronik agar suaranya semakin terdengar.
Secara umum sasando elektronik terdiri dari 30 bahasa. Rangka Sasando masih menggunakan daun lontar untuk mempertahankan bentuk aslinya.
Bedanya dengan sasando elektrik adalah adanya kumparan atau transduser yang mengubah getaran senar menjadi energi listrik, yang kemudian masuk ke amplifier sehingga menghasilkan suara yang lebih keras.*
BACA JUGA:Makam Sunan Kudus Cocok Lokasi Wisata Religi, Catat Jam Ziarahnya!