Ada juga kebiasaan muslim lainnya di pulau tersebut. Kewajiban memakai pakaian muslim atau yang menutup aurat di kawasan Kampong. Aturan tersebut telah membudaya dan tak ada yang merasa keberatan.
Muslim yang didominasi Melayu itu terbiasa mengenakan sarung, baju koko, dan peci. Juga mengenakan gamis yang umumnya berwarna putih. Nyaris tak ada perbedaan dengan muslim di Indonesia atau Malaysia.
BACA JUGA:Berikut Deretan Seafood Mentah Khas Indonesia Ini yang Harus Kamu Coba
5. Kaledonia Baru
Kepulauan di Samudera Pasifik yang ditemukan oleh penjelajah James Cook pada 4 September 1774 yang menamainya Kaledonia Baru karena teringat tanah kelahirannya, Skotlandia
Dengan luas 18,575 kilometer persegi adalah sebuah departemen luar negeri Prancis. Wilayah ini terletak di sub-benua Melanesia di Samudra Pasifik sebelah barat daya. Ibu kota departemen ini ialah Noumea.
Warga setempat pernah mengadakan referendum kemerdekaan dari Prancis pada tanggal 4 November 2018, dengan hasil 43,6 persen ingin merdeka dan 56,4 persen tidak.
Hubungan antara Indonesia dengan Kaledonia Baru ini cukup dekat. Pada masa penjajahan, Belanda mengirimkan banyak orang-orang orang Jawa untuk bekerja di Kaledonia Baru di tambang dan juga pertanian.
Ada tiga gelombang kedatangan orang Jawa ke sana. Yang mula-mula adalah tahun 1896, lalu sekitar tahun 1933 menjelang Perang Dunia II, dan terakhir 1970.
Pada kedatangan terakhir ini diperkirakan ada sekitar seribuan orang yang berangkat ke sana.
Orang Jawa Kaledonia Baru adalah sebuah kelompok etnis keturunan Jawa di Kaledonia Baru yang berjumlah lebih kurang 7.000 orang. Mereka terdiri dari orang-orang tua dan juga anak-anak dengan jumlah yang merata. Orang-orang Jawa dapat ditemui di seluruh bagian negara Kaledonia Baru.
Di sana orang Jawa digolongkan ke dalam 3 jenis, yakni Golongan Niaouli; orang Jawa yang lahir di Kaledonia Baru tetapi orang tua mereka asli Indonesia.
Lalu ada Golongan Wong Baleh; orang Jawa yang sebelumnya pernah pergi dari Kaledonia Baru tetapi kembali lagi, dan Golongan Wong Jukuan; orang Jawa yang sebelumnya lahir di Indonesia tetapi pergi ke dan menetap di Kaledonia Baru.
Dulu mereka tetap menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari, tetapi kini kaum muda sudah tak bisa berbahasa Jawa, hanya bisa berbahasa Prancis saja.
Ketua Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya di Kaledonia Baru (PMIK) Djintar Tambunan menyatakan, bagi yang berasal dari Jawa, aktivitas keagamaan dan adat masih terus dilaksanakan meskipun jauh dari kampung halaman.