PAGARALAM. KORANPALPRES.COM – Masih satu rangkaian dengan wisata di Gunung Dempo, wisata kuliner salak Pagaralam cukup terkenal di kalangan wisatawan.
Ratusan hektar kebun salak biasanya diserbu wisatawan selama libur panjang. Hal ini membuat wisata salak juga menjadi salah satu primadona.
Yang membuat wisatawan cukup senang adalah mereka punya kesempatan melihat langsung kebun salak dan memetik buah salak sendiri.
Miran, salah satu pelopor penanam salak di Pagaralam mengakui salak dempo saat ini sudah lumayan dikenal di luar Pagaralam.
BACA JUGA:Kampung Wisata Baru di Palembang, Bisa Lihat Proses Pembuatan Perahu dan Rumah Bari, Ada Bisa Nebak?
Menurutnya menanam salak ini mempunyai nilai ekonomis ketimbang menanam kopi. Hal itu dirasakannya sejak beralih profesi menjadi petani salak setelah sempat bertani kopi selama bertahun-tahun.
“Menanam salak ini tidak terlalu membuat rugi. Buahnya bisa dibilang terus berproduksi sepanjang tahun. Selain itu salak ini awet dan tahan lama tidak seperti buah-buahan lainnya. Bertani salak saat ini dapat membantu perekonomian keluarga,” ucapnya.
Beberapa konsumen salak seperti Dandi, wisatawan asal Palembang mengaku menyenangi rasa salak dempo ini. “Rasanya legit dan enak agak berbeda dari salak jawa yang menyisakan sedikit rasa pahit atau kecut,” katanya.
Harga salak itu sendiri cukup bersaing dengan salak lain. “Ada yang bilang salak di sini tergolong mahal, tetapi saya kira harga tidak menjadi masalah jika hasilnya enak. Saya beli satu kilo salak ukuran biasa sekitar Rp12 ribu per kilgramnya. Sementara untuk ukuran besar atau jumbo bisa sampai Rp25-30 ribu perkilonya,” ucap Dandi.
BACA JUGA:Ajak Wisatawan Liburan di Pagaralam, Pj Wako Ini Yakinkan Pagaralam Aman
Wisatawan lain, Fahmi, mengatakan ada satu hal yang disukainya saat berwisata salak di Gunung Dempo yaitu bisa memetik sendiri salak di kebun.
“Jadi, ada proses sebelum kita memakannya. Kita jadi tahu bagaimana memetik salak. Ternyata sampai badan gatal-gatal karena kulitnya berbulu-bulu halus. Tetapi itulah asyiknya berwisata di kebun salak,” cetusnya riang.
Sejauh ini, pengembangan sektor tanaman holtikultura, salah satunya buah-buahan tampaknya masih terkendala lahan. Mengingat ketebatasan atau ketersedian lahan yang ada di Kota Pagaralam, dinilai tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan perluasan secara besar-besaran.