Arsitek pembangunan Jam Gadang ini adalah orang Minang asli. Pembuatannya tahun 1926 dengan tinggi 26 meter, Bentuk atapnya sempat mengalami tiga kali perubahan.
Di samping itu, jam menara ini tidak mengikuti kaidah penulisan angka romawi pada penulisan angka 4 (empat). Angka empat di menara lonceng itu ditulis “III” bukan “IV”. Hal ini masih menjadi perdebatan mengenai alasannya.
3. Suku Minangkabau Menganut Budaya Matrilineal
Masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal yang menarik garis keturunan menurut garis ibu.
Seorang perempuan memiliki kedudukan istimewa di dalam kaum.
Sistem kekerabatan ini sudah berlaku di Minangkabau sejak dulu kala sampai saat ini.
Bisa saja ada perbedaan dalam beberapa aspek dibandingkan penerapan sistem matrilineal di beberapa wilayah lainnya di dunia.
Pada masa kini, sistem yang dianggap lebih tua ini hanya berlaku di beberapa etnis di dunia seperti etnis Mosou di provinsi Yunnan dan Sichuan di China bagian selatan. Juga ada etnis Kalash di wilayah lembah Chitral, Pakistan bagian utara, dan perempuan Meghalaya di India, serta beberapa suku lainnya.
BACA JUGA:Ajak Wisatawan Liburan di Pagaralam, Pj Wako Ini Yakinkan Pagaralam Aman
4. Bunga Rafflesia Terbesar di Dunia
Bunga raflesia adalah bunga lambang daerah provinsi Bengkulu. Tetapi Bunga Rafflesia Arnoldii di Nagari Paninjauan Data Simpang Musim Dingin di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat adalah yang terbesar.
Bunga ini akan mekar dan tumbuh hingga ukuran terbesar di dunia. Menurut Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Kabupaten Agam, Sumatera Barat besarnya bunga tersebut akan memecahkan rekor bunga Rafflesia Tuan-mudae di Marambuang, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam.
Lokasi itu telah ditutup untuk umum setelah mekar bunga itu pada awal 2020.
Penutupan dilakukan untuk pemulihan kondisi ekosistem alamnya karena banyaknya pengunjung datang ke lokasi tersebut.
BACA JUGA:Wisata Alam di Bogor, Air Terjun Jernih dengan Udara Sejuk!