Sisanya, tambah Tito masih ada 16 negara G20 yang inflasinya di atas kita, mulai dari Jepang di atas kita, Amerika di atas kita, bahkan yang tertinggi Argentina 161 persen.
Mendagri juga menambahkan, saat ini ada dua isu utama yang menjadi perhatian masyarakat, yakni lapangan pekerjaan dan stabilisasi harga bahan pokok (bahan pangan).
Isu ini mendominasi sebesar 60 persen dibanding isu lainnya. Hal tersebut, menimbulkan gejolak keamanan dan politik serta mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
"Kita melihat tren pertumbuhan ekonomi dunia, kita masih terjaga pada angka 4,94 persen. Itu lebih baik daripada banyak negara-negara Norwegia, bahkan kita di atas Amerika dan sebagian negara-negara Eropa. Pertumbuhan ekonomi kita cukup baik, rangkingnya adalah rangking 50 dari 185 negara," tegasnya.
BACA JUGA:Presiden Jokowi Songsong Ekonomi Nasional 2024 dengan Optimisme
Terkait mengendalikan inflasi, Tito juga mengimbau Pemda segera melakukan percepatan tanam sesuai komoditas masing-masing dalam rangka pengendalian inflasi.
Ia juga menambahkan, gerakan tanam yang dilaksanakan secara serius bisa menjadi solusi untuk mengatasi berbagai lonjakan kenaikan harga pangan, seperti cabai dan bawang merah yang harganya tinggi.
"Jadi (Pemda) sudah mulai menentukan membuat program cepat tanam di daerah masing-masing sesuai dengan komoditas yang cocok di daerah itu, bebernya.
Selain itu, musim penghujan yang terjadi pada saat ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan menanam. Apalagi pihak Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengingatkan daerah mana saja yang perlu melakukan percepatan tanam disertai dengan jenis produksinya.
Sementara pihak Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga akan membantu dalam hal irigasi.
"Tolong kalau bisa juga dikoordinasikan, saya sudah sampaikan bagaimana untuk bisa memberikan subsidi dari daerah yang surplus, misalnya bawang merah, cabai merah untuk subsidi transportasi bisa membantu daerah-daerah yang defisit cabai, bawang merah, dan lain-lain. Ini mohon bantuan dari Bapanas juga," ungkap Mendagri.
Lanjut Tito, anggaran dari Pemerintah dalam mengendalikan inflasi perlu dimanfaatkan untuk gerakan percepatan tanam, misalnya untuk membantu subsidi transportasi pangan dari daerah surplus ke daerah yang minus.
Ia juga berharap, Pemda dibantu oleh pihak kejaksaan untuk mengawal langkah tersebut. Ini juga termasuk mengawal ketika ada pelanggaran hukum hingga penimbunan barang.
BACA JUGA:Presiden Jokowi Paparkan Dua Prioritas Kemitraan Ekonomi ASEAN-Jepang
"Kemudian juga ada anggaran untuk Dinas Perdagangan untuk stabilisasi harga, kemudian Dinas pertanian, Perkebunan untuk masalah percepatan tanam dan lain-lain. Kemudian bisa dipakai untuk gerakan pasar murah atau kegiatan Bansos tunai maupun non-tunai," ungkapnya.*