https://palpres.bacakoran.co/

Tradisi 'Berayak' di Lahat Sumatera Selatan Tak Lekang Dimakan Waktu, Yuk Mari Kita Telusuri

Tradisi Berayak di Lahat, Sumatera Selatan tak lekang dimakan waktu, yuk mari kita telusuri bersama-sama.--palpres.bacakoran.co

BACA JUGA:PENTING! Ternyata Sunscreen Bisa Lindungi Kamu Dari Risiko Kanker Kulit, Ini Penjelasannya

"Lumayan jauh perjalanan tapi hasilnya tidak mengecewakan, bisa dibawa pulang dan dimasak untuk disantap bersama keluarga," ucapnya, Kamis (2/11/2023).

Dia menambahkan, bahan-bahan hasil dari aktifitas tersebut antara lain daun singkong, ubi kayu, daun katu, kangkung, bahkan terkadang kayu bakar untuk memasak.

"Kami pun mengenakan pakaian yang memang khusus, supaya terhindar dari gigitan nyamuk dan hewan lainnya," tutur Bik Yusro.

"Terlebih lagi terik sinar matahari memang sedikit panas tapi semuanya dilakukan memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari," timpalnya.

BACA JUGA:Pertama di Palembang, PAEI Sumatera dan Kalimantan Gelar Konafi di Universitas Terbuka

Senada, Bik Evi mengemukakan, berayak ini dilakukan sebulan bisa 2-3 kali, tergantung situasi dan kondisi cuaca karena dapat mengganggu perjalanan kalau musim hujan.

"Tidak tentu, semuanya harus melihat keadaan, akan tetapi tidak semua orang mau melakukannya, apalagi anak-anak muda sekarang ini, mereka lebih baik main handphone (Hp)," singgungnya.

Terkadang, masih kata dirinya, ketika sedang memetik daun untuk lauk pauk, didatangi masyarakat setempat atau pemilik kebun yang pastinya menggunakan perangai (tata krama) sebagai bentuk menghormati mereka.

"Semuanya ada aturan dan ketentuan, tidak hanya mengambil terus pergi begitu saja, melainkan menyapa atau menegur untuk saling mengenal maupun meminta izin," tukasnya.

BACA JUGA:Perebutkan Hadiah Jutaan Rupiah, 54 Guru Siap Bersaing Mendongeng di Ajang Tahunan Museum Negeri Sumsel Ini

Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Tanjung Payang, Sapri menerangkan, pihaknya sangat mengapresiasi dan menghormati adat istiadat yang sekarang ini masih terpelihara dengan baik.

"Kebiasan berayak ini memang sudah ada sejak dulu, mereka beramai-ramai dalam bentuk kelompok, berpergian hingga puluhan kilometer hanya mencari bahan-bahan untuk memasak dan disantap," jelasnya.

Tapi inilah wujud gotong-royong, sambung dia, kekompakkan dan kebersamaan.

Nantinya ketika selesai aktifitas mereka dikerjakan, hasilnya kerapkali dikumpulkan dan dibagi sama rata.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan