Lebaran Sudah Tiba, Mengapa Rasanya Tidak Seperti Lebaran?

Lebaran Sudah Tiba, Mengapa Rasanya Tidak Seperti Lebaran?--

KORANPALPRES.COM - Setelah kita melalui bulan penuh ampunan, bulan yang di mana umat islam berlomba lomba mengumpulkan pahala, lalu datanglah bulan kemenangan tepatnya di 1 Syawal 1445 H  yaitu Hari Raya  Idul Fitri. 

Hari Raya Idul Fitri juga disebut hari lebaran, yang di mana hari tersebut berisi dengan kata maaf dan saling memaafkan. Tidak lupa bulan ini juga disambut dengan kue raya dan uang tunai baru atau kita sebut dengan “THR”. 

Bulan ini menjadi bulan biru bagi umat muslim karna dibulan ini banyak orang mengeluarkan air mata dan saling peluk memeluk, terutama remaja muda ke orang tuanya. 

Budaya islam ini sangatlah ditunggu-tunggu oleh masyarakat, karna apa ? dibulan ini kita dapat berkumpul ceria bersama keluarga, sanak saudara, kerabat, teman-teman jauh, dan tidak lupa anak-anak dan remaja menunggu pemberian THR dari kalangan tua atau istilahnya kita sebut menambang.

Zaman waktu kecil kita disaat itu berasa heboh, senang, ceria, semangat dalam merayakan hari lebaran.  

Namun itulah yang kita rasakan di waktu kita kecil, di umur kita sekarang yang sudah beranjak dewasa bukan remaja lagi, “Apakah kalian merasakan lebaran ini terasa hambar dan tidak se - excited di waktu kita kanak-kanak ?”, mungkin sebagian dari kita mengatakan iya. 

Suasana yang kita rasakan seperti hari-hari biasa, tidak ada semenyenangkan hari lebaran diwaktu kecil dan juga kita juga berpikir “Apakah aku berdosa, kenapa aku ini tidak mendapatkan cerianya di hari kemenenangan ini ?”. 

Namun jangan khawatir, karna hal tersebut merupakan hal yang wajar, mengapa ? karna proses lah yang membentuk kita contohnya ada orang tersayang kita telah tiada, jadi suasana lebaran akan hampa tanpa mereka, dan pola pikir kita akan terus berubah-ubah, “Apakah umur segini masih pantaskah mendapatkan THR ?”. 

Proses yang dimaksud ialah seiring bertambahnya umur, pola pikir kita akan terus berkembang dan juga kita akan memikirkan masa depan yang akan mendatang, bukan lagi tangan kita dibawah tetapi bagaimana cara kita berada diposisi tangan diatas. 

Apalagi ada karib kerabat yang sering bertanya “Sudah sukses nak ?, kapan kamu lulus ?, kapan kamu kerja ?, udah berpenghasilan kamu ?” dan pertanyaan paling disukai oleh karib kerabat disaat berjumpa di hari raya ialah “Kapan kamu nikah ?” sehingga membuat kita tertekan dan berpikir bagaimana cara disaat hari raya ini kita bisa dibanggakan, ini salah satu contoh dan alasan mengapa lebaran terasa hambar. 

Daerah perkotaan disaat lebaran layak seperti kota hantu, karna kebanyakan masyarakat pulang kampung sehingga disaat lebaran kota pun menjadi sepi dan tidak meriah. 

Masyarakat pulang kampung dikarenakan sudah lama tidak berjumpa keluarga di kampung, serta adanya informasi melalui media-media baik itu di radio, internet, ataupun televisi mengabarkan bahwa mudik akan semakin padat, daerah-daerah jalan tol akan mengalami macet, sehingga masyarakat pun mulai dari awal awal untuk pulang kampung untuk menhindari keterhambatan di jalan. 

Faktor ini pun juga membuat suasana kota menjadi tidak ramai dalam Hari Raya Idul Fitri ini. 

Bagi masyarakat yang berada di perkotaan namun tidak bisa pulang kampung, dikarenakan ada kuliah atau pun pekerjaan, jadi mereka hanya bisa menelepon kelurarga lewat video call, itulah guna media digital mendekatkan orang yang jauh dalam hari yang harusnya berkumpul bersama.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan