Serba Mewah! Inilah Fakta Serta Filosofi Aesan Gede dan Aesan Paksangko, Baju Adat Pernikahan Palembang
Serba Mewah! Inilah Fakta Serta Filosofi Aesan Gede dan Aesan Paksangko, Baju Adat Pernikahan Palembang-YouTube/sarahfadhila2929-
Aksesori kalung seperti kebo munggah dengan motif kerbau pun disimbolkan memiliki arti kesuburan dan dinilai sebagai penolak dari segala sesuatu yang jahat.
Sementara, ada selempang sawit yang digunakan pengantin dengan menyilang dari baju kiri ke pinggang sebelah kanan dan dari baju kanan ke pinggang kiri.
Selempang tersebut memiliki filosofi bahwa laki-laki dan perempuan haruslah sejajar dan tidak ada yang merasa di bawah.
BACA JUGA:Modernitas dalam Tradisi: Menyoroti Perayaan Pernikahan Batak Toba Tanpa Adat di Era Kontemporer
3. Pakaian adat pernikahan Palembang melambangkan keanggunan dan kebesaran
Dari segi bahasa, aesan memiliki makna hiasan, sementara gede memilki makna kebesaran.
Sehingga, aesan gede memiliki makna pakaian kebesaran yang akan menggambarkan keagungan dan juga kemewahan.
Untuk gaya busana dari aesan paksangko bagi prisa akan menggunakan songket lepus sulam emas, seluar, selempang songket dan songkok emas di kepala.
Sementara, aesan paksangko untuk wanita menggunakan baju kurung merah dengan motif bintang emas.
Ada mahkoa, teratai penutup dada, dan kain songket dengan sulaman emas.
4. Warna merah berasal dari warna buah manggis
Kemas Ari Panji, seorang pengamat sejarah UIN Raden Fatah Palembang menyebutkan bahwa warna merah yang mendominasi baju adat Palembang ini memiliki makna tersendiri.
Yaitu sebab filosofi dari buah manggis yang mana berkembang saat masa Kesultanan Palembang Darussalam.
Buah manggis tersebut akan melambangkan kejujuran, sebab memiliki jumlah kelopak yang terdapat di bawahnya sama dengan jumlah daging buah di dalamnya.