ICG Rilis Daftar 10 Potensi Konfliks 2025 yang Harus Diantisipasi Masyarakat Dunia
Potensi konfliks dunia 2025 yang harus diwaspadai masyarakat dunia, sepertikonfliksSuriah-NU Online-
Perang Sudan, dengan jumlah pengungsi dan kelaparan, adalah yang paling menghancurkan di dunia. Sekitar 12 juta orang Sudan - lebih dari sepertiga dari populasi sebelum perang - telah meninggalkan rumah mereka.
Lebih dari setengahnya menghadapi kekurangan pangan akut, dengan beberapa bagian wilayah Darfur menderita kelaparan. Pejabat PBB menggambarkan tingkat kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan sebagai "mengejutkan". Negara ini tampak menuju konflik kekerasan.
BACA JUGA:Duta Besar Ukraina Berbagi Pengalaman Diplomasi di Universitas Sriwijaya
BACA JUGA:Saat Menyerang ke Ukraina Huruf Z Muncul di Tank Tempur Rusia, Ada yang Menganggapnya Lambang Zorro
Milisi Sudan, RSF yang dipimpin Mohamed "Hemedti" Hamdan Dagalo terus melawan tentara Sudan, yang dipimpin oleh Abdel Fattah al-Burhan. Setelah penggulingan Omar al-Bashir pada 2019, Hemedti dan Burhan mulanya berbagi kekuasaan dengan politisi sipil dan kemudian mengusir mereka sebelum saling berbalik.
Angkatan darat, tanpa banyak infanteri, bergantung pada kekuatan udara, termasuk drone yang dipasok asing, dan tanpa pandang bulu mengebom daerah-daerah di bawah kendali RSF. Mereka telah beralih ke milisi, terutama yang dimobilisasi oleh kaum Islamis yang berpengaruh di bawah Bashir.
Mantan pemberontak Darfuri telah membantu memukul mundur serangan RSF di ibu kota Darfur Utara, El Fasher. RSF berjuang untuk mempertahankan tanah di luar benteng baratnya tetapi tetap kuat ketika terlibat dalam serangan cepat. Pasukannya sering membawa pembantaian saat mereka maju.
Namun, perang di Sudan akan semakin kompleks setelah makin maraknya campur tangan asing, salah satunya Uni Emirat Arab melalui bisnis Emirates. Dukungan Emirat untuk RSF (yang dibantah Abu Dhabi, meskipun ada dokumentasi oleh PBB dan lainnya) mencerminkan upaya pencarian pengaruh dan keuntungannya di cekungan Laut Merah.
BACA JUGA:Selain Senjata Antisatelit Rusia, Amerika Juga Waspadai Kecanggihan Satelit Cina
BACA JUGA: Perang Luar Angkasa Akan Sengit: Rusia Bikin Ketar-ketir AS dengan Senjata Nuklir Antisatelitnya
Ethiopia, yang memiliki hubungan dekat dengan Uni Emirat Arab, telah berusaha untuk tetap netral, khawatir bahwa tentara Sudan akan membantu oposisi bersenjata Ethiopia, tetapi mungkin masih sebatas dugaan.
Adapun tentara Sudan, mereka mengandalkan dukungan dari Mesir, terlepas dari hubungan Islamisnya, sebagai taruhan yang lebih baik daripada paramiliter RSF yang sulit diatur. Eritrea, yang curiga terhadap UEA dan ingin memiliki penyangga di perbatasan baratnya, sedang melatih kelompok-kelompok sekutu tentara Sudan. Iran dilaporkan telah memasok tentara dengan senjata termasuk drone canggih.
Arab Saudi, yang memiliki hubungan dengan kedua belah pihak, telah menjadi tuan rumah pembicaraan perdamaian di Jeddah dengan sedikit keberhasilan.
Setelah lebih dari setahun perang, Amerika Serikat akhirnya menunjuk utusan Sudan, sebuah langkah yang disambut baik.
BACA JUGA:Subhanallah, Masjid Ini Mirip dengan Kubah-Kubah ala Rusia, Begini Ceritanya!