Tips Terhindar dari 'Hoax', Ini yang Disampaikan Kajari Ogan Ilir
Kejaksaan Negeri Kabupaten Ogan Ilir beri tips jitu terhindar dari Berita bohong atau hoax.--Muhammad Wijdan palpres.bacakoran.co
PALEMBANG, KORANPALPRES.COM-Akhir-akhir ini marak sekali informasi dan berita palsu atau yang lebih dikenal dengan “hoax” di dunia maya yang dilakukan oleh berbagai oknum yang tidak bertanggung jawab.
Terkait hoax ini, di Pemilihan Umum atau Pemilu 2024 ini pihak-pihak terkait sangat gencar melakukan sosialisasi terkait berita hoax ini.
Mengingat jika tidak hati-hati, netizen akan mudah terjerumus ke dalam penipuan tersebut bahkan menyebarkan informasi palsu yang tentunya sangat merugikan korban salah satunya pencemaran nama baik.
Terbaru, pihak Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu Kabupaten Ogan Ilir menggelar diskusi panel terkait berita bohong atau hoax ini. Bahkan sudah berulang kali digelar.
BACA JUGA:Mantap! Pemkab Ogan Ilir Raih Penghargaan Lagi, Kali Ini Anugerah Meritokrasi KASN 2023
Tak tanggung-tanggung, pihak Bawaslu Ogan Ilir menghadiri narasumber dari pihak Kejaksaan Negeri Ogan Ilir yang hadir langsung Kajari Nursurya, pihak Polres Ogan Ilir, Kominfo Ogan Ilir.
Selanjutnya pihak KPU Ogan Ilir, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumsel, dan pihak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Sumatera Selatan.
Kajari Ogan Ilir, Nursurya menyampaikan materinya, menurut Nursurya berita Hoax ini dibuat orang jahat, disebar orang bodoh, dan dipercaya orang dungu.
"Dampak berita hoax ini masyarakat mengalami triggering, menimbulkan ketakutan berlebih, dan menimbulkan kegaduhan," ungkap Kajari Ogan Ilir, Sabtu 09 2023 malam.
BACA JUGA:Catat! Ini Jadwal Rekrutmen KPPS di Ogan Ilir Untuk Pemilu 2024
Mengapa masyarakat mudah percaya Hoax? Pertama kata Kajari Ogan Ilir Nursurya, kurangnya literasi pada masyarakat.
"Masyarakat enggan untuk melakukan verifikasi kembali berita yang telah didapatkan serta cenderung menerima secara mentah-mentah," katanya.
Yang kedua katanya, FOMO (Fear of missing out). "Masyarakat yang FOMO (rasa takut merasa 'tertinggal' karena tidak mengikuti aktivitas tertentu red) lebih mudah menyebarkan berita hoax karena tidak ingin merasa tertinggal dengan berita terbaru," ujarnya.
Ketiga lanjutnya, algoritma dan propa- ganda di media sosial. "Media sosial seringkali menyuguhkan algoritma yang acak dan menjadi ladang untuk tersebarnya berita hoax," jelasnya.