Menghapus Jejak Re-Kolonisasi Indonesia Terhadap Kraton Kuto Besak: Desakan Mengembalikan Kuto Besak Ke Masyar
Menghapus Jejak Re-Kolonisasi Indonesia Terhadap Kraton Kuto Besak: Desakan Mengembalikan Kuto Besak Ke Masyar-kolase-
Di sisi kanan dalem Kuto Baru terdapat bangunan keputren yang dilengkapi dengan kolam pemandian berbentuk segiempat dengan air mancur beruap.
Keputren ini berfungsi sebagai tempat para ratu, putri-putri sultan, dan abdi dalem kraton melakukan aktivitas.
Sedangkan pada sisi kiri dalem terdapat bangunan harem yang merupakan area terlarang untuk laki-laki kecuali sultan. Bangunan harem ini tempat tinggal permaisuri dan gundik-gundik sultan.
Selain itu pada bagian depan dalem terdapat pendhapa tempat sultan menerima tamu. Pada bagian ini terdapat dua ruang kecil longkangan dan pringitan.
Pendhapa lebih terbuka disbanding dalem yang hanya untuk berkumpul keluarga atau acara adat atau ruang menerima khusus tamu private sultan. di ruang dalem terdapat tempat duduk sultan ruang kerja sekaligus tempat menerima perwakilan dagang.
Pada ruang dalem yang tidak semua orang dapat mengaksesnya berjejer barang-barang mewah untuk menjaga kenyaman pemilik dan tamunya.
Di dalam kuto juga ada dua bangunan yaitu pasebahan dan pamarakan. Bangunan pasebahan merupakan tempat awal sultan menerima tamu untuk mengaturkan sebah atau sembah dalam mengutarakan laporan atau keluhan dari rakyatnya.
Bangunan ini terbuat dari kayu berbentuk persegiempat beratap sira dan tidak berdinding. Sebelah bangunan pasebahan terdapat bangunan pamarakan yang memiliki balai bandung atau balai seri tempat sultan duduk menerima seba. Pada saat upacara kebesaran balai bandung dilengkapi dengan regalia kesultanan.
BACA JUGA:Puncak Perayaan Hari Juang TNI AD, Danrem 044/Gapo Ikut Upacara di BKB, Begini Kegiatannya
Inilah kenapa kuto besak berbeda dengan istana Maimun di Medan, Istano Basa Pagaruyung di Sumatera Barat atau istana Kadariah di Pontianak.
Pada masa kolonial istana cenderung tidak diganggu, berbeda dengan kraton cenderung dihancurkan seperti Kraton Aceh Darud Donya yang dibakar pada perang Aceh. Kraton Jambi di Tanah Pilih yang diruntuhkan dan dibangun ulang oleh Belanda.
Kalaupun kraton dibiarkan lebih banyak disebabkan oleh masih adanya kedudukan sultan yang menjadi mitra atau bawahan Kolonial belanda.
Antara lain Kraton Surosowan atau Kraton Kaibon di Banten, Kraton Kacirebonan, Kraton Kasepuhan, Kraton Kanoman di Cirebon, atau Kraton Ngayokyakarta di Yogykarta, Kraton Surakarta, dan Kraton Manguknegara di Solo.
BACA JUGA:Dengarkan Keresahan Masyarakat, Pj Walikota-Kapolresta Palembang Tinjau Pos Pengamanan Di BKB