https://palpres.bacakoran.co/

3 Dosen Muda Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Kaji Pendidikan Tinggi Disabilitas di Skotlandia

Dari hasil kajian 3 dosen muda Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar menunjukkan penyelenggaraan pendidikan tinggi di Skotlandia ramah disabilitas-Ist-

Dalam ini, tim dosen muda UAI ini antara lain mencatat bahwa di Skotlandia, negara memang memberikan insentif untuk sekolah atau perguruan tinggi penerima siswa/ mahasiswa disabilitas.

BACA JUGA:Peras Pengusaha Minyak Sayur Tiga Oknum Wartawan Diamankan Polisi, Ini Kata Kapolres Prabumulih

Dan di atas itu, lembaga pendidikan menunjukkan bahwa mereka terpanggil dan harus menciptakan atmosfer yang sepenuhnya mendukung disabilitas.

"Karena itu, mereka melangkah jauh dari kebutuhan dasar yang ramah. Misalnya, soal definisi saja, di Skotlandia sudah berkembang perluasan definisi disabilitas. Mental health, atau masalah-masalah mental mahasiswa dalam belajar itu digolongkan ke dalam disabiltas," tambah Edo.

Professor John yang merupakan Chair of Childhood Visual Impairment dalam kesempatan ini menyampaikan bahwa ia sangat antusias menyambut kerjasama ini.

Menurutnya, jika perguruan tinggi di Indonesia seperti UAI mulai menyelenggarakan pendidikan inklusi dari nol, itu sangat baik.

BACA JUGA:Gelar Safari Ramadan Perdana, Bupati Panca Sampaikan Hal Ini

"Kalau dari nol, itu memberikan keleluasaan bagi kami untuk berkontribusi dan berharap ini akan menjadi pilot project yang nantinya akan menjadi panduan perguruan tinggi lainnya di Indonesia," kata John.

Selain diskusi bersama John, Elizabeth dan para koleganya, tim dosen muda ini juga melalui sejumlah kegiatan seperti bertemu alumni dengan kondisi disabilitas netra, para guru dari seluruh penjuru United Kingdom, hingga ikut serta dalam pelatihan pelatihan menyusun materi pembelajaran ramah netra.

"Kami juga mendengar langsung apa saja yang dikerjakan Pusat Disabilitas UoE dalam mempersiapkan calon mahasiswa disabilitas yang akan menjalankan studi. Tak kalah menarik, kami diskusi dengan perwakilan dari Communication, Access, Literacy dan Learning (Call) Edinburgh, sebuah organisasi nirlaba yang merupakan unit MHSES yang membantu anak-anak dan pemuda disabilitas di sana dalam menghadapi keterbatasan dalam proses belajar," kisah Cut Meutia Karolina.

Kegiatan intensif selama lima hari ini juga diisi dengan mengikuti seminar “Socio Emotional Support for Students with Visual Impairment in Higher Education” hingga diskusi dengan peneliti asal Australia tentang pendidikan inklusi di negaranya.

BACA JUGA:Pj Bupati Apriyadi Hibahkan Lahan, Dukung Pembangunan Kantor Samsat Muba II

Makan malam yang hangat di sebuah resto di tengah kota Edinburgh menjadi penanda akhir perjalanan belajar di kota yang memiliki lanskap arsitektur unik juga ikonik dari abad 15.

John Ravenscroft dan Elizabeth McCann dijadwalkan akan berkunjung ke Indonesia, khususnya UAI, pertengahan Mei 2024 untuk memberikan seminar dan pelatihan bagi dosen-dosen dalam membuat materi pembelajaran yang ramah disabilitas.

Mereka juga akan mendampingi UAI dalam merumuskan policy brief terkait kampus yang ramah untuk teman-teman netra.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan