Pengaruh Perkembangan Media Terhadap Budaya Patriarki
Pengaruh Perkembangan Media Terhadap Budaya Patriarki-herStory-
KORANPALPRES.COM - Patriarki merupakan suatu system sosial di mana laki-laki secara structural dan juga historis memiliki otoritas serta kekuasaan yang lebih besar dibandingkan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan baik dalam bidang politik, ekonomi, budaya bahkan keluarga.
Dalam buku Pengantar Gender dan Feminisme oleh Alfian Rokhmansyah, patriarki berasal dari kata patriarkat yang berarti suatu struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal dan juga sebagai sentral.
Budaya patriarki adalah budaya yang menekan kekuasaan dan kontrol laki-laki terhadap perempuan.
Dalam gambarannya patriarki banyak membatasi peranan perempuan, seperti seorang perempuan tidak bisa menjadi pemimpin, tidak hanya itu budaya patriarki juga membatasi pendidikan perempuan, mengontrol seksualitas perempuan serta membatasi ranah pekerjaan yang boleh dilakukan oleh perempuan.
BACA JUGA:Media Sosial Sebagai Media Marketing Musik
Patriarki sendiri sudah ada sejak masa lampau dimana masyarakat selalu menomor satukan laki-laki di atas perempuan hal ini dapat dilihat pada zaman sebelum masehi di mana perempuan tidak diberikan hak mendapatkan harta warisan dari keluarga yang meninggal, perempuan juga tidak diberi hak untuk mendapatkan pendidikan serta banyaknya perempuan yang dijadikan budak seks selama masa penjajahan oleh para tentara-tentara yang bertugas.
Praktik budaya itu masih berlangsung hingga saat ini, perempuan masih dibatasi dalam berbagai aspek di masyarakat.
Belenggu dari budaya patriarki ini tentu mengakibatkan masalah sosial di masyarakat bagi perempuan, buktinya sepanjang 2023 Komnas Perempuan mendokumentasikan ada sebanyak 401.957 kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia.
Banyaknya kasus kekerasan terhadap perempuan ini tentu tidak lepas dari masih melekatnya budaya patriarki dilingkungan sosial masyarakat kita.
Tidak hanya kekerasan, kasus pelecehan seksual terhadap perempuan juga sangat banyak terjadi di Indonesia dan juga tingginya angka pernikahan dini, menurut data penelitian dari Pusat Kajian Gender dan Seksualitas Universitas Indonesia juga berdasarkan data dari UNICEF, Indonesia berada di peringkat dua di Asia Tenggara dengan total hampir 1,5 juta kasus pernikahan dini.
Dalam kasus pernikahan dini di Indonesia tentu budaya patriarki ikut andil dalam memengaruhi pola pikir yang dibentuk oleh masyarakat, seperti perempuan yang sering kali dianggap hanya sebagai penerima nafkah dan terbatas dalam peran domestic.
Hal ini menyebabkan keterbatasan terhadap kebebasan perempuan, dengan streotip yang ada di masyarakat bahwa perempuan tidak perlu pendidikan tinggi karna nanti ujungnya juga akan mengurus dapur dan suami membuat perempuan tidak dapat mengejar pendidikan yang lebih tinggi atau mengembangkan potensi yang dimiliki.
Gambaran perempuan dalam media cenderung belum tepat sesuai dengan realitas dan perilaku yang ada. Perempuan banyak menjadi bahan berita bagi media, dimana perempuan sering menjadi media iklan komersial untuk mencapai keuntungan bagi media.