Buku ‘Dari Ampera ke Senayan Untuk Sumsel’, Strategi ESP Bangun Sumatera Selatan
Suasana talkshow dalam rangkaian peluncuran buku 'Dari Ampera ke Senayan Untuk Sumsel' yang dihadiri langsung Eddy Santana Putra di Atrium PTC Mall, Ahad 19 November 2023-Foto: Alhadi Farid/koranpalpres.com-
PALEMBANG – Buku biografi ESP Dari Ampera ke Senayan Untuk Sumsel resmi diluncurkan di atrium PTC, Ahad 20 November 2023.
Di dalam peluncuran tersebut, para peserta yang sebagian besar anak milenial tersebut menulis harapan kepada ESP untuk membangun Sumatera Selatan.
Seperti diketahui, buku biografi ini mengulas pembangunan yang sudah dilakukan ESP saat menjabat Wali Kota Palembang. Salah satunya, Palembang yang sebelumnya mendapat predikat sebagai kota terkotor di Indonesia menjadi kota terbersih di bawah kepemimpinan Eddy Santana Putra (ESP).
Selain itu, ESP juga melakukan penataan kawasan kumuh dengan membuat program rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) serta taman kota.
BACA JUGA:Jalan Mulus Hanya Mimpi, Warga Banding Agung Meragukan Kinerja Dinas PUTR OKU Timur
Menariknya, buku ESP juga membahas strateginya dalam membangun Sumatera Selatan.
Hal ini mengingat, Sumatera Selatan masuk dalam urutan 10 sebagai provinsi termiskin di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
Menurut ESP, kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Sumatera Selatan tidak mampu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat mencatat jika Sumsel.
Dari sisi demografi, Sumatera Selatan lebih dekat dengan Ibu Kota Negara, Jakarta, karena infrastruktur tol sudah terhubung hingga ke provinsi Lampung.
BACA JUGA:Jarang Banyak yang Tau! Sensasi Wisata Sejarah di Palembang , Kota Tertua di Indonesia
Di samping penyeberangan Bakauheni-Merak yang pada waktu tertentu mengalami kepadatan sehingga membutuhkan pengaturan mobilitas kendaraan.
Infrastruktur tol ini akan mempermudah mengangkut SDA yang dimiliki Sumsel mulai dari minyak, gas, karet, sawit, kopi hingga batubara.
SDA melimpah ini sudah sepatutnya harus dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Seperti aktivitas minyal ilegal di Musi Banyuasin yang tidak diatur secara maksimal sehingga tidak memberikan efek positif bagi PAD.