Seperti diketahui, beberapa bulan terakhir sejumlah daerah di Sumsel selalu saja disematkan dengan status peringatan dini.
Peringatan dini di Sumsel ini hasil dari upaya perkuatan Sistem Peringatan Dini Multibahaya Geo-Hidrometeorologi.
Sistem ini sudah dilakukan sejak tahun 2008 agar bisa memberikan peringatan cuaca ekstrem, tsunami maupun badai tropis.
Sistem ini memanfaatkan kecerdasan artifisal, internet of things dan big data dan lainnya.
BACA JUGA:Gurihnya Ayam Panggang Bumbu Gulai Sampai Ketulang, Begini Cara Memasaknya
Dengan sistem ini nantinya dapat menghasilkan data yang lebih akurat dengan jangakauan yang luas.
Tak hanya itu, BMKG juga sudah menjalankan Project Indonesia Disaster Resilience Innitiative (IDRIP) sejak tahun 2022.
Proyek ini didanai Bank Dunia untuk memberikan peringatan dini tsunami hanya dalam waktu 3 menit setelah gempa bumi.
Begitu juga dengan cuaca ekstrem bisa diketahui sejak 3 hari hingga 3 jam sebelum kejadian berlangsung.
BACA JUGA:Soal Oknum Kades di Payaraman Diduga Kuat Korupsi Dana Desa, Camat Payaraman Ungkap Hal Ini
Sementara peringatan dini anomali iklim bahkan bisa diketahui sejak 6 bulan sebelum kejadian dengan akurasi hingga 90 persen.
Dalam kesempatan yang lain, BMKG mengeluarkan update potensi hujan sedang hingga lebat di Indonesia.
Dalam pemantauan tersebut, BMKG memprediksi potensi hujan sedang hingga sangat lebat terjadi di wilayah Kalimantan Barat (Putussibau), Papua (Tanah Merah) dan Sulawesi Tenggara tepatnya di Kendari.
Ada juga wilayah Indonesia yang mengalami hujan ekstrem seperti di Manado Sulawesi Utara dengan kecepatan hingga 209 mm per hari.
BACA JUGA:Danrem 044/Gapo Salurkan Zakat Fitrah Tahun 1445 H, Ini Bukti
Dalam keterangan pers, BMKG melakukan update dinamika atmosfer.