Hujan lebat ini bahkan berpotensi terjadi hingga satu pekan kedepan di beberapa daerah di Sumatera Selatan.
Intensitas hujan lebat ini terjadi dikarenakan adanya aktivitas gelombang atmosfer.
Kepala Pusat Meteorologi Publik, Andri Ramdhani dalam keterangan pers menyebut jika sebagian wilayah tetap berpotensi hujan lebat meski sudah memasuki musim kemarau.
Potensi hujan lebat dikarenakan adanya sirkulasi siklonik, gelombang ekuatorial Rossby dan gelombang Kelvin yang membentuk daerah perlambangan dan pertemuan angin.
BACA JUGA:Bikin Wanita Klepek Klepek, Ini Deretan Parfum Pria yang Wanginya Disukai Wanita!
Aktivitas ini terjadi di Indonesia bagian timur dan tengah.
Aktivitas inilah, sebut Andri dinamakan sebagai aktivitas gelombang atmosfer.
Secara umum, BMKG menyebut ada 63,66 persen di wilayah Indonesia masuk pada zona musim yakni musim kemarau.
Musim kemarau ini terjadi sejak awal Mei sampai hingga Agustus 2024.
BACA JUGA:Makin Digemari Kawula Muda, Parfum Lokal Harga Murah dan Wangi Tahan Lama
BACA JUGA:Selain My Baby, Parfum Bayi Ini Sangat Aman Buat Si Kecil, Wanginya Segar Seharian
Beberapa wilayah lain juga masih mengalami peralihan musim atau pancaroba sehingga akan didominasi fenomena suhu panas di siang hari.
Fenomena udara panas ini bukan disebabkan karena adanya gelombang panas yang terjadi sejak satu pekan sebelumnya.
Udara panas justru akibat dari gerak semu matahari dan kondisi cuaca cerah terutama pada siang hari.