MURATARA, KORANPALPRES.COM - Pada masa kejayaan kesultanan, di tengah gemuruh sejarah dan kejayaan, tercatat sebuah kisah heroik yang terjadi di Sungai Rupit.
Kisah ini menceritakan tentang keberanian luar biasa dari pasukan gajah yang menyeberangi Sungai Rupit, menghadapi berbagai rintangan demi mencapai tujuan mereka.
Kisah ini kini menjadi sebuah Desa Batu Gajah di Kabupaten Musi Rawas Utara merupakan penjelmaan dari pasukan gajah yang hendak menyeberang Sungai Rupit.
Dengan kesaktian Sultan Abdul Djalil, Sultan Hamid, dan Siti Hamimah menghentikan serangan pasukan gajah itu dan mengutuknya menjadi batu.
BACA JUGA:Begini Asal Mula Nama Desa Batu Gajah di Musi Rawas Utara, Lokasinya Tak Jauh Pemandian Napal Manjur
Terlepas dari legenda itu, batu gajah ini memang cukup menarik untuk dikunjungi.
Apalagi karena letaknya yang berdekatan dengan rumah warga desa setempat, bila sore hari ada saja warga yang berkerumun di sekitar batu yang berbentuk gajah itu.
Beberapa diantaranya bercengkerama dengan menduduki batu-batu itu sambil melihat sunset.
Adanya keramat batu gajah tentunya menjadi banyak tanda tanya besar yang cukup menarik perhatian yaitu bagaimana bentuk perhatian pemerintah daerah.
BACA JUGA:Yuk Ngelong Ke Muratara, Ada Banyak Wisata Yang Menarik, Salah Satunya 'Permata' Hutan Lindung
Khususnya pariwisata untuk melestarikan budaya dan cerita yang telah lama menjadi buah bibir masyarakat tentang adat istiadat yang perna melekat pada zamannya.
Kepala Desa Batu Gajah Mahbub menyadari dan melihat potensi wisata yang terpendam itu dan akan membangkit kan sejarah budaya desa batu gajah.
Ia berkeinginan untuk mengukir sejarah desa, bercita cita ingin membangun sejarah baru dalam bentuk fisik maupun non fisik.