Sebaliknya, ketika seseorang beribadah dan ternyata dia berharap diakui, sanjungan atau dihormati, maka sesungguhnya niatnya tidak ikhlas lagi.
Sehingga apabila niatnya tidak ikhlas, maka sekalipun Allah tidak menerima ibadah orang tersebut.
Dalam satu hadits Qudsi yang diriwayatkan Imam Muslim, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Aku adalah Dzat yang paling tidak butuh dengan Syarikat”.
BACA JUGA:Ustaz Syafiq Riza Basalamah Ungkap Keutamaan 4 Bulan Haram dalam Islam, Adakah Amalan Khusus?
Maksudnya bahwa Allah tidak ingin diduakan, Allah tidak ingin disamakan, tidak ingin disyarikatkan dengan apapun.
Selanjutnya sambungan hadits tersebut, “Barangsiapa yang mengamalkan satu amalan ternyata dia mensekutukan Aku dengan selain Aku, maka Aku akan meninggalkan dia dan kesyirikannya (yaitu Allah tidak butuh dengan syarikat).”
Sementara dalam riwayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Barangsiapa mengamalkan satu amalan ternyata dia mensekutukan Aku dengan selainKu, maka Aku berlepas diri darinya, sedangkan dia untuk sekutuKu.”
Inilah yang dinamakan keikhlasan, ketika seseorang beribadah murni hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
BACA JUGA:Bukan Sekedar Kota Kelahiran Nabi Muhammad, Ustaz Syafiq Riza Basalamah Ungkap Sejarah Makkah
BACA JUGA:Investasi Akhirat, Ustaz Syafiq Riza Basalamah Jelaskan Apa itu Hadiah untuk Baitullah
Sebab, sedikitpun Allah tidak menerima sekutu sehingga sejatinya seseorang beribadah harus full 100% hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Seandainya seseorang beribadah 90% niatnya karena Allah dan sisanya untuk keinginan disanjung, diakui atau dihormati orang lain, maka ingatlah apa yang ditegaskakn Allah dalam hadits qudsi di atas.
“Aku tinggalkan dia dengan sekutu yang dia angkat tersebut.”
Dan dalam riwayat yang lain tadi, Allah sebutkan, “Orang itu untuk sekutu yang dia sekutukan.”
BACA JUGA:Apa Itu Tauhid? Yuk Kenali 2 Rukunnya, Ini Kata Ustaz Abdullah Roy