Karena budaya mereka saat itu lebih maju dari Afrika, mereka kemudian mengolahnya dengan cara memasak bijinya.
Ternyata hal itu menjadi minuman yang lezat saat mereka mencoba menyeduhnya.
Mereka menamai biji tumbuhan tadi sebagai "qahwah".
Kelak beberapa abad kemudian ketika orang Turki melihat tanaman ini mereka membawanya ke negerinya.
BACA JUGA:Dari Hobi Pelihara Perkutut, Bisa Raup Jutaan Rupiah
Karena perbedaan pelafalan orang Turki menyebutnya "kahve". Istilah ini menyebar dengan cepat.
Karena Turki adalah imperium besar pada masa itu, mereka banyak berhubungan dengan orang Eropa.
Bangsa Turki yang mengenalkannya pertama kali ke Eropa.
Orang Belanda di Eropa mengenalnya pertama kali. Orang Belanda menyebutnya dengan pelafalan mereka "koffie". Orang Inggris menyebutnya "coffee".
BACA JUGA:Dari Hobi Pelihara Perkutut, Bisa Raup Jutaan Rupiah
Orang Perancis menyebutnya “café”, bahasa Italianya “caffè”, bahasa Cinanya “kia-fey”, bahasa Jepang “kehi”, dan bahasa melayu “kawa”.
Hampir semua istilah untuk kopi di berbagai bahasa di dunia itu ada kesamaan bunyi dengan istilah Arab "qahwah."
Orang Eropa pula yang menyebarkan tanaman kopi ke seluruh dunia melalui negeri jajahannya.
Orang Belanda membawanya ke Indonesia melalui VOC yang mengambil bibitnya dari Malabar (India).
BACA JUGA:6 Jajanan Khas Ogan Ilir, No 3 Namanya Jorok Tapi Bikin Ketagihan
Itu hasil dari hubungan dua Gubernur Jenderal yakni Gubernur Belanda di Malabar (India) mengirim bibit kopi Yaman atau kopi arabika (Coffea arabica) kepada Gubernur Belanda di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1696.