Artikel berjudul "Asesmen Kompetensi Minimum (AKM): Mengukur Kualitas Pendidikan atau Gengsi Sekolah?" ditulis oleh Dosen FKIP Unsri yang juga Mahasiswa Program Doktoral Pendidikan Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia, Vina Amilia Suganda M
AKM merupakan respons terhadap hasil PISA (Programme for International Student Assessment).
Kebijakan Pemerintah ini boleh diapresiasi sebagai usaha agar secara Internasional kemampuan siswa Indonesia tidak lagi berada di bawah rata-rata. Namun dalam pelaksanaannya perlu dievaluasi.
Kenapa harus ada pemilihan sampel siswa di setiap Sekolah? Hal ini bukankah memberikan ruang adanya pengkondisian siapa saja siswa yang terpilih.
BACA JUGA:6 Koleksi Parfum Premium EDP Aroma Tahan Lama Untuk Setiap Kesempatan!
BACA JUGA:Nyaman Gak Berat! 5 Rekomendasi Sepatu Wedges Terbaik, Yuk Koleksi
Dengan adanya pemilihan sampel, sekolah berinisiatif memilih siswa yang memiliki kemampuan kategori tinggi, dan kalau bisa yang paling tinggi “pintar”.
Hal ini dikarenakan hasil AKM berarti mewakili penilaian Sekolah. Sehingga AKM lebih tepat untuk kompetisi sekolah.
Siapa yang mau Sekolahnya dinilai “tidak bagus”?
Pemilihan sampel untuk AKM seharusnya tidak perlu dilakukan.
BACA JUGA:Peluncuran Kantor Penerbitan Dokumen Elektronik, Pagaralam Terima 38 Sertifikat Elektronik
BACA JUGA:Garuda Indonesia Jajaki Kerjasama dengan Pemprov Sumsel, Tawarannya Bikin ASN Sumringah
Yang terpenting difokuskan pada peningkatan dalam pembelajaran di kelas, sehingga semua siswa siap AKM. Sekaligus untuk perbaikan menyeluruh bukan hanya tujuan AKM saja.
Dana pemerintah di bidang Pendidikan adalah yang terbesar.
Kemendikbud dapat mengambil langkah dengan mengembangkan aplikasi penilaian skala besar untuk mengetahui perkembangan pembelajaran siswa di setiap daerah di Indonesia.