JAWA TENGAH - Candi Borobudur, salah satu warisan sejarah dunia yang terkenal, menarik perhatian sebagai keajaiban arsitektur yang unik.
Sejarawan dan arkeolog menunjukkan bahwa pembangunan candi ini menjadi pengecualian dibandingkan dengan candi lain di Jawa.
Mengejutkannya, Candi Borobudur dibangun langsung di atas bukit tanpa adanya prototipe sebelumnya, membedakannya dari teknik konvensional pembangunan candi.
Salah satu sorotan utama adalah penggunaan batu andesit dalam struktur candi.
BACA JUGA:Sultan Palembang Akui Pentingnya Menjaga Arsip demi Mengetahui Sejarah Masa Lampau
Batu ini, berasal dari Pegunungan Andes, memiliki densitas besar dan mampu menyerap panas lebih banyak.
Merinci 4 teknik penyusunan batu candi, yakni Tipe Ekor Burung, Tipe Takikan, Tipe Alur dan Lidah, serta Tipe Purus dan Lubang.
Keunikan batu andesit tidak hanya menciptakan fondasi yang kuat, tetapi juga memberikan daya tahan terhadap elemen alam.
Candi Borobudur terbagi menjadi 3 bagian utama: Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
BACA JUGA:Bukan Hanya SMB II, Mayjen TNI Purn dr AK Gani Juga Pahlawan Nasional Asal Sumatera Selatan
Setiap bagian tidak hanya memiliki dimensi fisik yang berbeda, tetapi juga menyimpan makna dan relief khusus yang menggambarkan kisah hidup Buddha serta hukum pada umat manusia.
Pembagian ini menciptakan pengalaman spiritual bagi para pengunjung yang menjelajahi kompleksitas dan kedalaman filosofi Buddha.
Dengan dimensi mencapai 123x123 meter dan tinggi 42 meter, termasuk chattra yang megah, Candi Borobudur adalah simbol arsitektur yang memukau.
Terdiri dari 10 tingkatan, setiap tingkatnya mengungkapkan keindahan artistik dan kebijaksanaan spiritual.
BACA JUGA:Arkhan Kaka, Sang Pencetak Sejarah Sekali Lagi Selamatkan Indonesia dari Kekalahan