BACA JUGA:Cerita Petani Karet Di Muratara 10 Tahun Bertahan Dengan Harga Murah
"Petani menjual getah ada yang harian, ada juga yang mingguan. Kalau getah dua hari sekarang sudah lebih baik,Sedangkan kalau getah mingguan sudah mencapai Rp12.500," ujarnya.
Dikatakannya, semakin lama getah disimpan kadar airnya semakin sedikit sehingga harganya pun akan semakin mahal per kilogramnya. Biasanya hal itu dilakukan oleh pengumpul getah yang biasa beli dari petani.
Kalau petani setiap hari mau makan. Jadi setiap nyadap langsung diangkit (pungut) untuk dijual ke pengumpul.
Menurutnya, sejak getah mulai membaik banyak masyarakat yang bersukur. Maklum saat getah anjlok, petani beralih, ada jadi tukang ojek, ada juga beralih jadi buruh bangunan. Sekarang petani mulai nyadap lagi. Ada juga yang kembali jadi buruh sadap.
BACA JUGA:Cerita Petani Karet Di Muratara 10 Tahun Bertahan Dengan Harga Murah
BACA JUGA:Pagar Gunung Lahat Cenderung Lebih Padu dengan Tanaman Karet dan Kopi, Keunggulannya di Sini
“Bahkan bank maupun koperasi tidak berani kasih pinjaman ke kita. Itu tadi karena takut macet, sekarang mereka mulai berani menawarkan lagi pinjaman karena harga getah sudah normal. Kami berharap harga getah terus membaik kedepan sehingga pemerintah senang petani pun senan,” pungkasnya.