Lantaran makanan kesukaan mereka berbasis daging, kucing tidak memiliki reseptor rasa yang dibutuhkan untuk mendeteksi rasa manis.
BACA JUGA:CEK Syarat, Alur Pendaftaran, Materi Ujian dan Jadwal Seleksi Jalur Mandiri Unsri 2024
BACA JUGA:Sumatera Selatan Bakal Miliki Tol Terpanjang di Indonesia, Panjangnya 329 Km, Lampaui Trans Jawa
Sebaliknya, reseptor rasa kucing diprogram untuk mendeteksi dan bereaksi terhadap rasa daging.
Dilansir dari laman Scientific American, reseptor rasa manis terdiri dari dua protein berpasangan yang dihasilkan oleh dua gen terpisah, Tas1r2 dan Tas1r3.
Kedua gen tersebut akan membentuk protein berpasangan.
Saat makanan manis masuk ke mulut, mereka akan memberikan sinyal yang dikirim ke otak.
Tapi kucing adalah karnivora alami yang hanya memakan daging.
Mereka kekurangan 247 pasang asam amino yang membentuk DNA gen Tas1r2.
Akibatnya, ia tidak mengkode protein yang tepat, sehingga tidak mengizinkan otak kucing untuk mengenali rasa manis.
Sebagai gantinya, kucing dapat mencicipi rasa yang tidak dapat dirasakan manusia, yakni adenosin trifosfat (ATP), senyawa yang memasok energi ke setiap sel hidup.
Sejauh ini, kucing adalah satu-satunya mamalia yang kekurangan gen manis.
Dan kucing mungkin kekurangan komponen lain dalam kemampuan untuk menikmati (dan mencerna) gula.
Lidah kucing memiliki permukaan yang kasar dan mirip duri kecil melengkung ke belakang.
Duri kecil yang melengkung ke belakang inilah yang disebut papilla.
Fungsi papilla untuk menahan air ketika minum, menyikat kulit, menyisir bulu, dan mencengkram makanan.