LAHAT, KORANPALPRES.COM - Petani kopi atau bahasa daerahnya kawe ini begitu sumbringah, bagaimana tidak, harga jual dari tanaman anti ngantuk ini sungguh fantastis.
"Betul, sekilonyo dihargai hingga Rp 70.000 oleh sebab itulah warga di Desa Lawang Agung, Kecamatan Mulak Ulu ramai-ramai memetik kawe," sebut Yasmin salah satu petani, Sabtu 6 Juli 2024.
Ia mengemukakan, harga luar biasa ini baru pertama kalinya hingga tinggi seperti ini, justru akan memberikan pendapatan yang begitu tinggi.
"Kendatipun buahnya tidak begitu banyak tapi cukup lumayan, bisa ditabung untuk anak-anak sekolah ataupun memenuhi kebutuhan rumah tangga," jelas dia.
BACA JUGA:SAH, DPP PDIP Restui Cakada Lahat Yulius Maulana Maju Pilkada Serentak 2024
Bahkan, sambungnya, penduduk disini mayoritas bermata pencaharian sebagai petani kopi, makanya mereka memilih bermalam di kebun.
"Ada yang sampai sebulan di kebun apabila tidak dipetik, maka dikhawatirkan kopi diambil orang lain sehingga herus dipetik cepat-cepat," ungkap dia.
Senada, Ramlah petani kopi asal Kota Agung mengemukakan, sekali panen bisa menghasilkan 500 kilogram (Kg) kopi basah, apabila sudah kondisi kering maka dapat 300 Kg.
"Alhamdulillah, oleh karena itulah kawe yang sudah dipetik akan segera dijemur dan dijual," imbau dirinya.
BACA JUGA:Janji Cabup Lahat Bursah Zarnubi Apabila Duduk Memimpin Lahat 5 Tahun Kedepan, Ini Katanya
Sementara itu, Camat Mulak Ulu, Marles Yuniardi SKom MM menghimbau, agar kiranya kepada petani kopi untuk segera memetik dengan cepat, ditakutkan kalau tidak diambil maka orang lain melakukannya.
"Sedangkan ketika menjemurnya sebisa mungkin tidak dijemur di pinggir atau tengah jalan, sebab cukup membahayakan bagi pengendara sepeda motor," ulasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Lahat, Vivi Anggraeni SSTP Msi mengemukakan, penyebab melonjaknya tingginya harga kopi disebabkan negara penghasil terbesar seperti Brazil dan Thailand mengalami kerugian cukup besar.