PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Budaya nenggong orang palembang ternyata hampir punah dan memang sudah jarang digunakan masyarakat khususnya kota Palembang.
Budaya nenggong Orang Palembang hampir punah dikarenakan beberapa faktor yang diantaranya karena sudah jarang yang menggunakan budaya ini.
Budaya satu ini digunakan untuk menidurkan bayi dengan nyayian sholawat, dzikir, syair dan nasihat yang bersifat puitis.
Budaya nenggong orang Palembang merefleksikan kehidupan sehari-hari masyarakat Palembang yang ditunrukan ke setiap generasi.
BACA JUGA:Siap-siap Test Drive! Palembang-Jambi Akan Tersambung di Tahun Baru 2025 Lewat Tol Kapal Betung
Budaya nenggong orang Palembang mulai punah sejalan berkembangnya zaman dan anak-anak muda tidak lagi tahu tentang budaya ini karena faktor modernisasi dan pengaruh budaya luar.
Namun budaya ini masih dapat kita lestarikan lewat pentas seni dan pertunjukan umum agar masyarakat tahu makna dibaling budaya nenggong itu sendiri.
Selain itu dengan dipublikasikan lewat media online, semakin banyak masyarakat yang dapat mengakses dan menikmati pengetahuan tentang budaya nenggong ini sehingga meningkatkan minat masyarakat terhadap warisan budaya lokal Kota Palembang.
Budaya Nenggong tidak hanya sekedar sebuah nyanian pengantar tidur tapi juga menggambarkan kehangatan dan indahnya menjalani hidup sehari-hari.
BACA JUGA:Wujud Peduli dan Lebih Dekat dengan Masyarakat, Langkah Berikut Diambil Alumni Akpol 88 Adhi Pradana
Berikut lirik dari lagu nenggong mato:
Lailahillallah, Muhammadarasulullah
Almalikul haqqul mubin, Abdillah abdul hamid
Buah delimo dijeropeti, Nyampak ditanah betangke empat.. sayang
Sudah lamo kamek menanti, Baru sekarang kamek mendapat