Belajar Memaafkan dari Ibnu Taimiyah

Kamis 12 Sep 2024 - 21:49 WIB
Reporter : Eko Wahyudi
Editor : Eko Wahyudi

BACA JUGA:Halal Bilahal Korem 044/gapo, Danrem Ajak Untuk Ikhlas Saling Memaafkan

Hidup kita ini bagai bunga mawar yang padanya terdapat keindahan yang membuat kita bahagia, namun padanya juga terdapat duri yang menyakiti kita.

Jadi apapun yang ditakdirkan menjadi milikmu akan mendatangimu walaupun engkau lemah!

Sebaliknya apapun yang tidak ditakdirkan menjadi milikmu, engkau tidak akan dapat meraihnya, bagaimanapun kekuatanmu!

Demikianlah ajaran dari para ulama besar tadi ketika hidup memberikan banyak ujian, tidak ada yang lebih efektif selain mengikhlaskan untuk menyembuhkan luka yang dalam.  

BACA JUGA:Pernah Kehilangan Seseorang? Ini 5 Sikap Menghadapi Kepergiannya dengan Ikhlas

Mengenai sifat memaafkan juga dibahas oleh Prof Dr Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya Membumikan Alquran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (1999).

Quraish Shihab memberikan penjelasan terkait dengan sikap yang perlu dilakukan manusia dalam menghadapi seseorang yang melakukan kesalahan. 

Seperti dilansir dari laman nu online, jika merujuk pada Alquran Surat Ali ‘Imran ayat 134, dijelaskan bahwa seorang Muslim yang bertakwa dituntut atau dianjurkan untuk mengambil paling tidak satu dari tiga sikap dari seseorang yang melakukan kekeliruan terhadapnya, yaitu menahan amarah, memaafkan, dan berbuat baik terhadapnya. 

“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran: 134) 

BACA JUGA:Pernah Kehilangan Seseorang? Ini 5 Sikap Menghadapi Kepergiannya dengan Ikhlas

Lain halnya ketika seseorang yang bertekan untuk tidak berbuat baik kepada yang berbuat salah kepadanya. Sehingg ia berani bersumpah untuk tidak berbuat baik terhadap seseorang yang melakukan kesalahan kepadanya.

Itulah sebabnya Alquran menganjurkan agar ia memaafkan dan melakukan apa yang diistilahkan oleh Alquran dengan al-shafhu (kelapangan). 

Dalam Surat An-Nur ayat 22 diterangkan “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS An-Nur: 22). 

Kedua ayat di atas memberikan kepahaman  bahwa sebenarnya ada tingkatan yang lebih tinggi daripada sekadar memberi dan meminta maaf.

BACA JUGA:Mahasiswa Unand Ungkap 3 Solusi Atasi Teror Ujaran Kebencian, Garda Terdepan Hadang Konten Negatif

Kategori :