"Ketika musuh asing membangun perangkat lunak untuk sebuah kendaraan, artinya kendaraan tersebut dapat digunakan untuk pengawasan, dapat dikendalikan dari jarak jauh, dan mengancam privasi dan keselamatan orang Amerika di jalan," ujar Gina Raimondo, Menteri Perdagangan Amerika Serikat
AS mengkhawatirkan perangkat lunak buatan China bisa digunakan untuk pengawasan, mengendalikan kendaraan dari jarak jauh, atau bahkan menyebabkan kecelakaan dan memblokir jalan.
"Dalam situasi ekstrem, musuh asing bisa menutup atau mengambil kendali semua kendaraan mereka yang beroperasi di Amerika Serikat pada saat yang bersamaan sehingga bisa menyebabkan kecelakaan dan memblokir jalan," imbuhnya.
Terhadap masalah perangkat ini, pihak China pun menyatakan keberatannya terhadap tindakan Amerika Serikat itu. Pokok gugatan Beijing adalah Undang-undang Pengendalian Inflasi (IRA) AS. Berlaku mulai 1 Januari 2024, UU itu melarang subsidi untuk kendaraan listrik yang mengandung komponen buatan China, Iran, Korea Utara, dan Rusia. Subsidi bisa mencapai 7.500 dollar AS per unit.
BACA JUGA:Selama Gelaran HUT RI di IKN, 18 SPKLU PLN Layani 340 Transaksi Pengisian Mobil Listrik
Beijing memandang, aturan itu diskriminatif pada kendaraan pengguna energi baru terbarukan dan menilai aturan itu mengganggu persaingan sehat di pasar kendaraan listrik.
Juga produksi kendaraan baru dan rantai pasok industri kendaraan listrik.
Beijing menilai IRA melanggar aturan WTO dan mendesak Washington memperbaiki regulasi dan menghapus diskriminasi.
IRA menjadi salah satu dari aneka regulasi AS dan Eropa Barat untuk menghambat kendaraan listrik China. Sebab, harga kendaraan buatan China lebih murah hingga separuh dari harga buatan AS-Eropa Barat.
BACA JUGA:Suzuki Guncang GIIAS 2024, Kenalkan Mobil Listrik eVX Pertama di Asia Tenggara
Harga murah ini menjadi salah satu kunci BYD memasarkan hingga 240.000 mobil ke 70 negara pada 2023.
BYD bahkan juga akan berekspansi dengan membuka pabrik di Meksiko dan Hongaria.
Juru runding Perdagangan AS, Katherine Tai, menyebut, AS akan meninjau gugatan China seraya memandang IRA adalah cara AS berkontribusi pada masa depan energi bersih.
Pada saat yang sama China ditudingnya menggunakan strategi tidak adil dan secara sepihak hanya menguntungkan produsen China.
BACA JUGA:Spesifikasi Wuling Binguo EV, Desain Minimalis Menggemaskan, Cocok Jadi Mobil Listrik Perkotaan
Meski ada gugatan, dampaknya pada AS diprediksi tidak berpengaruh terhadap AS. Jika kalah di tingkat sengketa, AS bisa mengajukan banding. Dan parahnya, badan banding WTO lumpuh sejak 2019 karena ulah AS.