Jika dalam pemilu mendatang, prosentase suara yang memilih kotak kosong tinggi, ini akan menjadi sinyal bahwa calon tunggal tersebut gagal memenuhi harapan masyarakat.
BACA JUGA:Berpotensi Besar Lawan Kotak Kosong di Pilkada 2024, Ini Jawaban Mengejutkan Bupati Panca
BACA JUGA:Netralitas KPU dan Bawaslu Lahat Diragukan, Berpotensi Picu Konflik Pilkada 2024, Kok Bisa
Oleh karena itu, calon tunggal harus mampu menjawab tantangan ini dengan menampilkan program-program yang relevan dan menjalin kolaborasi dengan masyarakat untuk menciptakan solusi yang diinginkan.
Ini memaksa calon untuk lebih responsif dan bertanggung jawab, serta memprioritaskan kepentingan publik.
Namun, perlu dicatat bahwa keberadaan kotak kosong juga menimbulkan tantangan tersendiri.
Calon tunggal harus mampu menghadapi skeptisisme dari masyarakat yang mungkin merasa bahwa tidak ada pilihan yang baik.
BACA JUGA:Pastikan Kelangkaan Pupuk Teratasi, Para Petani OKU Timur Beralih Dukung Fery Antoni di Pilkada 2024
BACA JUGA:H Askolani Janji Lanjutkan Program Santunan Kematian di Banyuasin, Optimis Menang di Pilkada 2024
Di sinilah pentingnya upaya komunikasi yang transparan dan partisipatif.
Calon tunggal perlu membangun kepercayaan dengan masyarakat, menjelaskan visi dan misi mereka dengan jelas, serta menunjukkan komitmen untuk melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Karena beberapa dari pendapat masyarakat Dharmasraya menyatakan tidak tau apa fungsi kotak kosong dan apa akibat yang akan dialaminya.
Sehingga banyak dari masyarakat Dharmasraya menyatakan terpaksa memilih calon yang ada dari pada tidak memiliki pemimpin daerah.
BACA JUGA:Tolak Keras Politik Dinasti, Warga OKU Timur Tegaskan Dukungan untuk Nomor 2 di Pilkada 2024
BACA JUGA:Wajib! Personel Pengamanan Pilkada 2024 Bakal Diperiksa Kesehatan, Ini Keterangan AS SDM Kapolri
Yang mana ini merupakan kurangnya pastisipasi dan pemahaman masyarakat Dharmasraya mengenai politik terutama mengenai Kotak kosong serta secara perlahan Demokrasi di kabupaten Dharmasraya menjadi berkurang, karena disebabkan kurangnya pendidikan politik.