BACA JUGA:Rektor UIN Raden Fatah Dialog Bareng Menteri Nadiem, Bahas Evaluasi Pola Baru SNPMB 2024
BACA JUGA:Di Universitas Ternama Inilah Para Penerus Tahta Berbagai Kerajaan Dunia Berkuliah
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan pada 2023, prevalensi stunting di Sumatera Selatan mencapai 27,7%, lebih tinggi dari angka rata-rata nasional sebesar 21,6%.
Ini menunjukkan bahwa hampir satu dari tiga anak di Sumatera Selatan mengalami stunting, yang dapat mempengaruhi masa depan mereka secara signifikan.
Program berobat gratis berperan penting dalam mengatasi masalah stunting ini.
Ibu hamil dan balita dari keluarga miskin memerlukan akses yang mudah ke layanan kesehatan untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan nutrisi yang cukup dan perawatan medis yang memadai.
Akses gratis ke layanan kesehatan akan memungkinkan pemeriksaan kehamilan rutin, imunisasi, dan intervensi nutrisi yang tepat untuk anak-anak, sehingga mengurangi risiko stunting.
Mengatakan bahwa program berobat gratis sudah “jadul” mengabaikan fakta bahwa masih banyak keluarga di Sumatera Selatan yang tidak mampu membayar biaya layanan kesehatan dasar.
Jika program ini dihapus, risiko meningkatnya prevalensi stunting di provinsi ini akan semakin besar, karena keluarga-keluarga miskin tidak lagi mampu mengakses perawatan kesehatan yang mereka butuhkan.
Stunting tidak hanya berdampak pada kesehatan anak, tetapi juga pada kemampuan belajar mereka di sekolah, sehingga berkontribusi pada masalah putus sekolah dan rendahnya kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Keterkaitan dengan BPJS Kesehatan
Salah satu argumen yang sering digunakan untuk menentang program berobat gratis adalah adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS Kesehatan.
Meskipun BPJS Kesehatan telah memberikan manfaat bagi banyak masyarakat, sistem ini masih memiliki berbagai kelemahan, terutama dalam hal aksesibilitas dan kualitas pelayanan.
Banyak masyarakat di pedesaan dan daerah terpencil di Sumatera Selatan mengalami kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan melalui BPJS, baik karena kurangnya fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS, proses administrasi yang rumit, maupun waktu tunggu yang lama.
Program berobat gratis di tingkat daerah berfungsi sebagai pelengkap bagi BPJS, memberikan akses yang lebih mudah dan cepat bagi masyarakat miskin yang memerlukan perawatan medis.
Menghapus program ini dengan asumsi bahwa BPJS sudah mencukupi akan menciptakan celah dalam sistem pelayanan kesehatan, terutama bagi masyarakat yang paling rentan.
Oleh karena itu, program berobat gratis tetap relevan dan penting untuk menjaga kesehatan masyarakat miskin di Sumatera Selatan.