Oleh : Saripudin.
Langit mendung tidak lama rintik pun turun, tidak ada manusia yang dapat menahan kehendak tuhan, dingin terasa, sibuk pun tiba, berlari lindungi diri, tetes hujan dari langit.
Awal embun menyapu bumi, semangat baru tiba, anak kecil berlari lari mengejar ayahnya yang sedang berjalan kedepan, tanda sayang, karena kasihnya. Sang dambaan hati mengiring. sambil membawa secangkir kopi, roti, dan air susu hangat kesukaan suami dan anaknya.
Terlihat istri tak sempat membuat minuman untuk dirinya sendiri, dia hanya pikirkan kebahagiaan suami dan anaknya. Senyum bahagia diselimuti dinginnya pagi hari ini, apakah akan terus bertahan ?. Hanya waktu yang akan dapat menjawab semua ini.
BACA JUGA:Setelah Pemilu 2024 Apakah Akan Banyak Caleg Yang Masuk Rumah Sakit Jiwa?
Lembut dia, persilahkan suami dan anaknya untuk menyantap makanan dan minuman itu, sambil berdo'a kepada tuhan, agar diberikan kebahagiaan, untuk selalu bersama orang terkasih. Suaminya reflek mengambil sepotong roti dan berusaha memasukan kemulut istrinya, dan kemudian sang istri mengunyanya dengan senyum penuh rasa bahagia.
Suatu hari terdengar suara dari mulutnya, lembut tapi pasti, sabar dan semangat, ujarnya sepenuh hati, yakinlah setiap kesulitan ada kemudahan.
Membaca cerita sepasang suami istri, beserta anak kecil diatas, bahagia itu sederhana, ada sosok yang perhatian, pengertian dan peduli, menyayangi, mengasihi dan mencintai, adalah anugrah terindah yang, diberikan Allah kepada kita, dan patut untuk disyukuri.
Tetaplah bersyukur, ditengah dinamika kehidupan yang terkadang membingungkan, gelombangnya terkadang tidak dapat diduga.
BACA JUGA:5 Sekolah Kedinasan Gratis Tanpa Biaya, Alumni Langsung Diangkat PNS
Cobaan hidup pasti ada, saat kapal menyeberangi lautan, yang sangat luas, saat itu juga kapal akan berlayar, pada waktu itu jugalah kapal besar atu kapal kecil tersebut, membuat gelombang diantara sekian banyak gelombang dari kapal kapal yang lain, belum juga gelombang dari hembusan angin.
Semoga tiada badai gelombang besar, yang dapat menghempaskan kapal tersebut, jika itu terjadi, apa lagi yang kita bisa perbuat. Perjalanan ini mengingatkan kita semua, bahwa sedetik kemudian kita tidak tahu apa yang terjadi, jadilah keluarga, yang selalu berbahagia, hadapilah gelombang hidup ini dengan sabar.
Teruslah bertahan kita harus saling menjaga, baik menjaga diri, keluarga, dan bangsa, kini kita sedang berlayar menuju pantai harapan agar kita dapat pulang kerumah besar kita yaitu rumah yang lebih baik lagi.
Dingin malam, mengingatkan kita, sepi terkadang membawa ramai "bisikan", rindu tak terasa, sedih pun tiba, jika tidak saling asih, hidup pun hampa. Hilangkan sepi, hangatkan badan, genggam tangan, hilangkan putus asamu bangkitlah bangkilah, harapan bahagia selalu ada, gapailah itu dan peluk eratlah dan terus bertahan, jangan kau lepaskan lagi, buang jauh jauh rasa sakit mu, karena dunia akan baik baik saja. *