“Netflix membuat film layar lebar bisa ditonton di mana saja dan kapan saja. Keuntungannya adalah kalau film itu cukup banyak dibicarakan, dampaknya bisa sangat seketika, karena film itu tidak hanya ditonton di Indonesia saja, tapi juga di negara-negara lain,” kata dia.
Selanjutnya ia mengatakan, layanan streaming seperti Netflix juga memungkinkan filmnya bisa ditonton lebih banyak orang. Kalau hanya diputar di layar lebar, The Shadow Strays mungkin akan masuk kategori Parental Guidance (PG) 21. Ini mengingat kebrutalan aksi-aksi yang ditampilkannya. PG-21 artinya hanya bisa ditonton oleh mereka yang berusia 21 tahun ke atas. Film ini sangat banyak mempertontonkan penyalahgunaan alkohol, narkoba, pornografi dan brutalitas.
BACA JUGA:Terlaris Sepanjang Masa, Satu dari 10 Film Indonesia Ini Ada yang Capai 10 Juta Penonton
BACA JUGA:‘Wong Kito Galo’ Merapat! Film Nasional Berbahasa Palembang Segera Dirilis, Catat Tanggal Mainnya
Potensi Besar
"The Shadow Strays" menjadi simbol proyek paling ambisius Timo bersama Netflix. Sebelum ini Timo bekerja sama dengan seniman bela diri terkemuka Iko Uwais dan Joe Taslim dalam film laga hit tahun 2018 The Night Comes for Us dan film laga komedi blockbuster tahun 2022 The Big 4.
Indonesia sendiri, menurut Timo punya potensi besar memproduksi film laga berkualitas.
“Bukan saya saja yang telah membuat film laga berkualitas. Sejauh ini, sudah ada film-film laga Indonesia yang terbilang solid. Kita sebetulnya berpotensi membuat film-film laga bagus,” ujar dia.
Joe Taslim, aktor laga sepakat dengan pendapat Timo, ia bersama Iko Uwais dan Yahya Ruhian membintangi film The Raid: Redemption.
BACA JUGA:Keren! Pj Wako Ini Akan Adu Akting di Film Nasional yang Mengangkat Budaya Sumsel
The Raid, kata Joe, membuat sampai sekarang, 2024, Indonesia masih sangat dihormati di film aksi laga.
"Kita boleh dibilang salah satu mecca-nya film laga dunia, yang menginspirasi sutradara-sutradara besar dunia, termasuk yang di Hollywood. Setelah The Raid, orang-orang membuat film laga secara berbeda. The Raid menjadi inspirasi mereka," kata Joe.
Optimistis serupa juga ditunjukkan Dipa Andika Nurprasetyo, seorang produser film Indonesia. Ia menyatakan besar kemungkinan film-film laga Indonesia menembus pasar internasional, apalagi, bila film itu dibuat secara apik dan memenuhi standar internasional
Dipa mengatakan, “Genre film yang mudah diterima secara internasional adalah horor dan laga. Ini terbukti dengan keberhasilan The Shadow Strays yang masuk Top 10 di 85 negara, tidak hanya Eropa dan Amerika, tapi di semua benua.”