Qadarullah, 7 dari 21 orang pekerja itu akhirnya gugur, dan ketujuhnya dianugerahi dengan gelar Sapta Taruna.
BACA JUGA:Inisiasi Pembentukan Satgas Masalah Sampah dan Pencegahan Banjir, Ini yang Dilakukan PUPR Palembang
BACA JUGA:Masuk Musim Penghujan, PUPR Palembang Rutin Sisir Anak Sungai, Salah Satunya di Kawasan Ini
Ketujuh yang gugur di medan juang itu, antara lain, Didiek Ardijanto, Muchtaruddin, Suhodo, Rio Susilo, Subengat, Ranu, dan Suryono.
Tak salah sambung Silpa apabila jajaran di PUPR sangat kagum dengan segala perlawanan mereka, dengan senjata seadanya tetap mampu melawan keganasan tentara sekutu yang bersenjata lengkap dan modern.
“Semangat itulah yang membakar sikap dan kinerja kami," tukas Silpa.
Dari peristiwa 3 Desember 1945 itulah, jelas Silpa, kejadian itu selalu dikenang sebagai Hari Bakti PU ke-79 hingga saat ini.
BACA JUGA:Pj Walikota Palembang Apresiasi PHL PUPR, Sebut Ratusan Pekerja Pejuang Sejati
Dari semangat perjuangan mereka, hingga kini dijadikan semangat juang untuk terus berkarya dan melahirkan karya berkualitas bagi masyarakat.
"Alhamdulillah, kami selalu memperoleh penghargaan terbaik, baik itu di tingkat Sumsel hingga penghargaan tingkat nasional," pungkas Silpa menutup perbincangan.