PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Empat Kecamatan yakni, Pulau Pinang, Mulak Sebingkai, Kikim Timur dan Merapi Timur membentuk desa tangguh bencana.
Terlebih lagi menghadapi bencana alam banjir bandang maupun tanah longsor.
Demikian diutarakan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lahat, Drs H Ali Apandi MPdi melalui Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Debby Anggraini ST MT mengemukakan, musim penghujan sekarang ini tentu saja pihaknya siap siaga.
Terutama sekali di 4 kecamatan, Merapi Timur (Desa Sirah Pulau), Pulau Pinang (Lubuk Sepang dan Tanjung Sirih), Kikim Timur (Gunung Kembang), Mulak Sebingkai (Keban Agung).
"Rawan banjir dan tanah longsor dengan adanya tangguh bencana artinya masyarakat dan pemerintah desa (Pemdes) menjadi ujung tombak bisa bertindak lebih awal," sebut dirinya, Kamis 7 Desember 2023.
BACA JUGA:Wah! Ada Pembentukan Karakter Lewat Pembelajaran, Ini Materi Yang Disampaikan Satlantas Polres PALI
Ia menghimbau, intensitas pada musim penghujan dewasa ini, mesti diwaspadai sebab, kejadian bencana alam dititik yang sama karena ekosistem berubah.
"Paling tidak menjaga lingkungan, kebersihan sungai, dan paling utama jangan menebang pohon secara liar," tutup dia.
Lain pihak, Camat Pulau Pinang, Anthoni Hakman SE MM menerangkan, terutama terhadap 2 desa yang selalu langganan banjir bandang memang telah diantisipasi sejak dini, sehingga dapat mencegah sejak dini.
"Mereka telah mengikuti pelatihan apalagi musim penghujan sekarang ini, telah menempatkan logistik di daerah yang aman," sebut dia.
Paling tidak, sambungnya, kesiapsiagaan harus dilakukan agar jangan sampai jatuh korban jiwa. Oleh karena itulah, pihak kecamatan terus melakukan koordinasi serta komunikasi.
"Untuk Pulau Pinang sendiri hanya banjir bandang, sedangkan tanah longsor paling tidak hanya menutup akses jalan penghubung Lahat dan Kota Pagaralam, makanya tetap tingkatkan kewaspadaan," harapnya.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Keban Agung, Kecamatan Mulak Sebingkai, Tamadin menuturkan, pasca banjir bandang yang melanda desanya, setidaknya ada 58 kepala keluarga (KK) yang direlokasi ke lokasi yang aman.
"Memang kebanyakan warga tinggal di pinggiran bantaran sungai. Setelah kejadian tersebut sudah kita pindahkan masyarakat ke areal yang lebih tinggi," ulas dia.