Selain Natal, Arab Saudi juga melarang perayaan lain seperti Valentine atau Halloween. Bahkan pada tahun 2012, sebanyak 41 umat Kristen ditangkap polisi dengan tuduhan bersekongkol merayakan Natal.
Meskipun sejak tahun 2020 Raja Arab Saudi, Salman dan Putra Mahkota Mohammad bin Salman mulai melakukan perubahan. Keduanya mulai memperbolehkan masyarakat non-Muslim merayakan Natal secara terbuka.
Dilansir dari Newsweek, perubahan ini adalah bagian dari revolusi sosial dan ekonomi. Pemimpin Arab Saudi yang ingin dianggap modern ini meyakini keberhasilan beriringan dengan luasnya kesempatan bagi perempuan dan peningkatan toleransi beragama.
BACA JUGA:Siap-Siap! Ini Dia 5 Zodiak Paling Hoki Saat Natal dan Tahun Baru, Bisa Traktir Keluarga Besar Nih
BACA JUGA:5 Gereja dengan Arsitektur Unik di Indonesia, Bisa Jadi Rencana Kunjungan Saat Natal Tiba!
3. China
China adalah negara yang sangat terbuka bila berkaitan dengan kapitalisme pasar. Namun, negara ini juga sangat ketat terhadap tradisi.
Ada beberapa wilayah di negeri Tirai Bambu ini, ada zona-zona di mana perayaan Natal dianggap ilegal. Seperti misalnya kota Wenzhou (China bagian barat).
Wenzhou melarang keras semua sekolah dan fasilitas umum lainnya mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan Natal. Seperi dilaporkan India Today, China melarang hal ini sejak tahun 1949.
Kendati demikian, masyarakat tetap keluar dan merayakannya dengan cara mereka sendiri meskipun tidak menyanyikan lagu di depan umum karena ada peraturan yang ketat.
BACA JUGA:Momen Libur Natal, Pelayanan Publik Harus Tetap Optimal
BACA JUGA:Bupati Lahat Terpilih Hadiri Perayaan Natal di GKII, BZ: Jaga Toleransi dan Saling Menghargai
4. Korea Utara
Korea Utara adalah salah satu tempat yang paling tidak bersahabat di dunia dalam merayakan Natal dan hari keagamaan agama lain. Di sana, Natal sama saja seperti hari-hari lainnya.
Natal tidak boleh dirayakan secara terbuka di Korea Utara sejak Dinasti Kim mengambil tindakan drastis terhadap kebebasan beragama pada tahun 1948. Jika terbukti merayakannya akan menghadapi risiko dipenjara atau dapat hukuman yang lebih berat.
Bahkan pada tahun 2013, Korea Utara menyerukan perang ke Korea Selatan yang salah satu penyebabnya adalah karena Korea Selatan mendirikan pohon Natal besar di perbatasan kedua negara