Ia menuliskan ilmunya dalam karya besar yang ada hingga saat ini yaitu al-Fawaid fi Usul Ilm al-Bahr wa al-Qawaid (Pedoman Dasar Ilmu Kelautan). Juga buku Hawiyah al-Ikhtisar fi Usul ilm al-Bihar (Rangkuman Ilmu Kelautan).
Karya Ibnu Majid itu didasarkan pada pengalaman dirinya sendiri selaku pelaut dan dipadukan dengan teori-teori navigasi yang diperoleh dari kitab terdahulu.
Dengan segala karyanya tidak berlebihan jika ia dengan bangga menamakan dirinya ar-Rabi‘ah ba‘da ats-tsalitsah (yang keempat setelah yang ketiga).
Melalui kitabnya al-Fawa’id ia menjelaskan yang dimaksud¬ dengan yang pertama, kedua, dan ketiga adalah para gurunya, yaitu Muhammad bin Sadan, Sahl bin Aban, dan Lais bin Kahlan.
BACA JUGA:ISSHMIC 2023, UIN Raden Fatah Fokus Penguatan Peradaban Islam Melayu
Ketiganya adalah navigator Arab terkenal dan tangguh. Mereka juga dikenal dengan julukan “Singa Laut”.
Itulah sebabnya Ibnu Majid sering juga disebut “Penerus para Singa Laut” atau “Singa Laut Pemberang”.
Ibnu Majid adalah penulis produktif dalam bidangnya¬. Karyanya memberikan sumbangan besar bagi dunia kelautan Arab pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya.
Sebelum¬ ada karyanya, para pelaut Arab dan sekitarnya hanya berani mengarungi sebagian kecil kawasan samudera.
Paling hanya seputaran Laut Merah dan pantai timur Afrika sampai ke Sofala (di pantai tengga¬ra Afrika, dekat Madagascar).
Mereka tidak berani mengarungi lebih jauh dari itu, karena belum kenal arusnya sehingga takut terseret.
Ahmad Ibnu Majid meninggalkan warisan berharga pada dunia pada umumnya. Tanggal kematiannya tidak diketahui dengan jelas, tetapi perkiraan ia wafat tahun 1500 M. (bersambung ke bagian 2, Ibnu Batutta)