Tak mengherankan saat baru berusia 12 tahun, ia telah bergabung bersama pamannya Kemal Reis.
Usianya yang masih belia tetap membuatnya diperhitungkan karena ia sarat pengetahuan dan masa itu menjadi awal karir baginya untuk mengarungi lautan bersama Kemal Reis.
Selama 14 tahun sang paman membimbingannya menjadi lebih tangguh. Sepak terjang Kemal Reis di laut lepas, membuat Kesultanan Usmani memberinya posisi penting di Angkatan Laut Kesultanan pada 1494 M.
Mengikuti pamannya di angkatan laut kesultanan, membuat Piri pun akhirnya bergabung pula. Piri tetap berada dalam komando sang paman.
BACA JUGA: Pakar dari 3 Negara Ini Jadi Keynote Speaker Fahum UIN Raden Fatah, Bahas Apa Ya?
Selain mumpuni mengarungi hamparan air yang luas, ia juga seorang penulis andal. Ia mampu pula menuangkan rekaman perjalanannya ke dalam sebuah karya monumental.
Karyanya itu kemudian menjadi panduan penting dalam dunia geografi dan Ilmu Pelayaran.
Setiap ada kesempatan dalam istirahat atau jeda dari pelayaran, Piri seringkali pulang ke kampung halamannya. Pada kesempatan pulang itu ia menuangkan rekaman perjalanannya ke dalam sebuah karya.
Terbukti, pada 1513 ia mampu menghasilkan sebuah peta dunia yang merupakan peta dunia terlengkap pada zamannya.
BACA JUGA:Inilah Kisah Sa’ad bin Abi Waqqash, Jagoan Panah Muslim yang Tidak Pernah Meleset Sasarannya
Dalam karyanya itu, ia dengan cerdas memetakan Laut Atlantik serta pantai-pantai di Eropa.
Karyanya bertajuk I-Bahriye itu merupakan karya monumental bagi dunia kelautan.
Pada 1516 M-1517 M, Piri mendapat perintah memimpin pasukan Kesultanan Usmaniyah melawan Mesir. Pada kesempatan itu, ia berlayar ke Kairo melalui Sungai Nil.
Ia kemudian menggambarkan sebuah peta dan memberikan informasi yang detail tentang wilayah Mesir tersebut.
BACA JUGA:Bukan Cerita Fiksi, Jack Sparrow 'Pirates of Carribean' Adalah Bajak Laut Muslim di Abad ke 16